KUMPULAN MATERI
PEMBELAJARAN TERPADU KHUSUS SEKOLAH DASAR
Di
Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UTS
Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu Khusus SD
Dosen Pengampu: Agatha Kristi Pramudika Sari,
M.Pd

Putri
Sonia Dwi Lestari
NIM. 126223074
Semester 6
Konsentrasi Matematika
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH
KUNINGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam
intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu,
siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna
bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar
konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan
melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran
terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran
mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus
pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi pembelajaran
terpadu?
2.
Apa saja model-model pembelajaran terpadu?
3.
Bagaimana pengembangan model pembelajaran terpadu di
Indonesia?
4.
Bagaimana penyusunan rencana pembelajaran terpadu?
5.
Bagaimana implementasi pembelajaran terpadu di sekolah
dasar?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
‘Pembelajaran Terpadu Khusus SD’.
2.
Mengetahui konsep dasar pembelajaran
terpadu.
3.
Mengetahui dan
memahami model-model pembelajaran terpadu.
4.
Mengetahui pengembangan model
pembelajaran terpadu di Indonesia.
5.
Memahami penyusunan rencana pembelajaran
terpadu.
6.
Mengetahui implementasi pembelajaran terpadu
di Indonesia.
7.
Sebagai bekal menjadi seorang guru yang
professional dengan memahami dan menguasai pembelajaran terpadu yang sesuai
digunakan di SD.
D. Manfaat
Penulisan
1.
Bagi penyusun makalah ini bermanfaat sebagai bukti
fisik telah melaksanakan tugas Mata Kuliah ‘Pembelajaran Terpadu Khusus SD’.
2.
Bagi penyusun makalah ini bermanfaat sebagai sarana
untuk menambah pengetahuan tentang pembelajaran terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu
1. Pengertian
Dasar Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta
didik akan memeperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.
Makna pembelajaran terpadu adalah pendekatan
pembelajaran yang melibatkan bebverapa mata pembelajaran untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada
pembelajaran terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep
yang lain yang sudah mereka pahami.
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya
terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuan peserta didik secara optimal,
oleh karena itu dibutuhkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat pengalaman langsung dalam
proses belajaranya, hal ini dapat menambah daya kemampuan peserta didik semakin
kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai
beberapa ciri yaitu: berpusat pada peserta didik (student centered), proses
pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung. Di samping itu
pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topic-topik
yang tertuang di setiap mata pelajaran yang mempunyai keterkaitan konsep yang
dipelajari oleh peserta didik.[1]
2. Prinsip
Dasar Pembelajaran Terpadu
a.
Prinsip
Penggalian Tema
1)
Tema
hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan
banyak bidang studi.
2)
Tema
harus bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3)
Tema
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4)
Tema
yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
5)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar.
6)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi dalam rentang waktu belajar.
7)
Tema
yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.
Prinsip
Pelaksanaan Terpadu
1)
Guru
hendaknya jangan menjadi ‘single actor’ yang mendominasi pembicaraan dalam
proses belajar mengajar.
2)
Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok.
3)
Guru
perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan
dalam proses perencanaan.
c.
Prinsip
Evaluatif
1)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya.
2)
Guru
perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai
berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam
kontrak.
d.
Prinsip
Reaksi
Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara
sadar belum tersentuh oleh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena
itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap reaksi siswa dalam semua ‘event’ yang tidak diarahkan ke aspek yang
sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.[2]
3. Keunggulan
dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
a.
Keunggulan
1)
Mendorong
guru untuk mengembangkan kreatifitas. Sehingga guru dituntut untuk memiliki
wawasan, pemahaman dan kreatifitas tinggi Karena ada tuntutan untuk memahami
keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok bahasan lain
dari berbagai mata pelajaran. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan
analitik dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan
material maupun metodologi suatu pokok bahasan.
2)
Memberikan
peluang bagi guru untuk mengambangkan situasi pelajaran yang utuh, menyeluruh,
dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun
kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam kaitan ini, pembelajaran terpadu memberikan
peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema
atau pokok bahasan yang disampaikan.
3)
Mempermudah
dan memotifasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami
keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang
terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Dengan mempergunakan
model pembelajaran terpadu, secara psikologis siswa digiring berpikir luas dan
mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang
disajikan guru. Selanjutnya, siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur,
utuh dan menyelurug, sistematik, dan analitik.
4)
Menghemat
waktu, tenaga dan sarana, serta biaya pembelajaran, di samping menyederhanakan
langkah-langkah pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena proses pemaduan atau
penyatuan sejumlah unsur tujuan, materi, maupun langkah pembelajaran yang
dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Dari sumber lain
yang kami peroleh pembelajaran terpadu meiliki kelebihan dibandingkan dengan
pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut:
1)
Pengalaman
dan kegiatan peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak.
2)
Kegiatan
yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3)
Seluruh
kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan
dapat bertahan lebih lama.
4)
Pembelajaran
terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
5)
Pembelajaran
terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang
sering ditemui dalam kehidupan atau lingkungan nyata peserta didik.
6)
Jika
pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar
guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik atau guru dengan narasumber, sehingga belajar
lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih
bermakna.
b.
Kelemahan
1)
Dilihat
dari aspek guru, model ini menuntut tersedianya peran guru yang memiliki
pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi, keterampilan metodologi
yang handal, kepercayaan diri dan etos akademi yang tinggi dan berani untuk
mengemas dan mengembangkan materi. Akibat akademiknya, guru dituntut untuk
terus menggali informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan, salah satu strateginya harus membaca literature (buku) secara
mendalam. Tanpa adanya keadaan seperti diatas, model pembelajaran terpadu sulit
diwujudkan.
2)
Dilihat
dari aspek siswa, pembelajaran terpadu termasuk memiliki peluang untuk
pengembangan kreatifitas akademi, yang menuntut kemampuan belajar siswa yang
relative “baik”, baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal
tersebut terjadi karena model ini menekankan pada pengembangan kemampuan
analitik atau menjiwai, kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), dan
kemampuan eksploratif dan elaborative (menemukan dan menggali). Bila kondisi di
atas tidak termiliki, maka sangat sulit pembelajaran model tersebut diterapkan.
3)
Dilihat
dari aspek sarana atau sumber pembelajaran, pembelajaran terpadu memerlukan
bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banayak dan berguna, seperti yang
dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah mengembangan wawasan dan
pengetahuan yang diperlukan. Dengan demikian, jika pembelajaran terpadu ini
hendak dikembangkan, maka tidak bias dipenuhi agaknya sulit untuk menerapkan
pembelajaran tersebut.
4)
Dilihat
dari aspek kurukulum, pembelajaran terpadu memerlukan jenis kurikulum yang
terbuka untuk pengembangannya kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti
kurikulum yang berorentasi pada pencapaian pemahaman siswa terhadap materi
(bukan berorientasi pada penyampaian target materi), kurikulum yang memberikan
kewenangan sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya baik dalam materi,
metode maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan pembelajarannya.
5)
Dilihat
dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tersebut membutuhkan
system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prodedur) yang terpadu
dalam arti system yang berusaha menetapkan keberhasilan siswa belajar dilihat
dari beberapa pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar
siswa merupakan pengumpulan dan panduan penguasaan dari berbagai materi yang
disatukan atau digabung. Dalam kaitan ini, guru di samping mampu menyediakan
teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang terpadu juga
dituntuk melakukan koordinasi dengan guru lain, bila ternyata materi tersebut
diajarkan dalam beberapa mata pelajaran oleh guru yang berbeda. Ketiadaan
system evaluasi dan pengukuran seperti itu, kemungkinan sekali penilaian tidak
bisa dilakukan secara abash dan terpercaya dengan tujuan yang diterapkan.
6)
Dilihat
dari suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajaran terpadu
berkecenderungan mengakibatkan “tenggelamnya” pengutamaan salah satu atau lebih
mata pelajaran. Dengan kata lain, ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema
atau pokok bahasan maka guru tersebut berkecenderungan lebih mengutamakan,
menekankan atau mengintensifkan substansi gabungan tersebut sesuai pemahaman,
selera dan subjektifitas guru itu sendiri. Secara kurikuler akan terjadi
pendominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya sekaligus terjadi
proses pengabaian terhadap materi mata pelajaran lain yang dipadukan. Menghemat
waktu, tenaga, sarana, serta biaya pembelajaran.[3]
B. Model-model Pembelajaran Terpadu
Model
yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model yang disesuaikan oleh kondisi
dan situasi saat itu. Semua model akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan
cocok dengan kondisi saat itu. Semua model itu adalah baik untuk
pembelajaran.
Di
tinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya,
menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara
atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu: Model fragmented,
Model Connected, Model Nested, Model Squenced, Model Shared, Model Webbed,
Model Threaded, Model Integrated, Model Immersed, dan Model Networkted.
Menurut
Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model tersebut, ada 3 model yang dipandang
layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah
dasar). Ketiga model itu adalah the connected model (model
terhubung), the webbed model (model jaring laba-laba), dan the
integrated model (model integrasi). Selain itu juga, hanya 3 model
tersebut yang digunakan pada kurikulum PGSD.
Secara
garis besar kesepuluh model tersebut dijelaskan pada uraian berikut:
1. Model
Fragmented
The
Fragmented Model (model fragmen) yaitu model pembelajaran konvensional
yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan
secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus
tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur
wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan
seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh
satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu
kajian, keterampilan dan nilai.
Hal
ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara
satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh
guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki
ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata
pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang
berbeda dari setiap guru.
Contoh:
dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi
(thinking skill), dan peta konsep (organizing skill). Yang merupakan
pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan
mengorganisir.
Menurut
Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu
dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui
kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar
siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki
kemampuan atau kecakapan tertentu.
a. Keuntungan
pembelajaran model ini adalah
1) Siswa
menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia
ahli dan terampil dalam bidang tertentu.
2)
Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai
dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan
yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.
b. Kekurangannya
adalah:
1) Ia
belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan
atau integrasi dengan konsep sejenis.
2) Siswa
tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap
yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
2. Model
Connected
The Connected Model (Model Terhubung), yaitu
dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan
topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini
penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu
sendiri.
Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata
pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan
topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat
diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja
menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi
siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
a. Keuntungan
yang diperoleh dalam model connected antara lain sebagai berikut:
1) Adanya
hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran
yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi
kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi
gagasan secara bertahap dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam
memecahkan masalah.
2) Konsep-konsep
kunci dikembangkan siswa terus-menerus sehingga terjadi internalisasi.
b. Adapun
kekurangan dalam model ini antara lain sebagi berikut:
1) Model
ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan
bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
2) Guru
tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini sehingga
pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar
bidang studi.
3. Model
Nested
The Nested Model (Model Tersarang) yaitu model
pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang
dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya
memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan
proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa
aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini
dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu
materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan
menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga
cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Contoh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat
aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi
satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.
a. Keunggulan
model ini yaitu
1) Guru
dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata
pelajaran,
2) Memberikan
perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak
memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
3) Kemampuan
siswa juga lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek
keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi.
4) Setiap
mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa
mendatang.
b. Kekurangannya
model ini adalah
1) Apabila
tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target
dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran
menjadi kabur.
2) Dalam
hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka
penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir
siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi,
tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4. Model
Sequenced
The Sequenced Model (Model Terurut) yaitu model
pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat
menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam
topik yang sama atau relevan.
Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan
diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara
paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan
akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
a. Kelebihan
model ini yaitu
1) Menyusun
kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas
kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks.
2) Membantu
siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
b. Kekurangannya
model ini yaitu
1) Diperlukkan
kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat
dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
2) Perlu
adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi,
sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
5. Model
Shared
The Shared Model (Model Terbagi) yaitu suatu
model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi
kurikulum silang.
Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran
terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang
saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu
focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep
pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang,
dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap
menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya
memayungi satu pelajaran saja.
Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai
ilmu pengetahuan.
a. Kelebihan
model ini yaitu
1) Lebih
mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model
terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu
serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang
lebih dalam.
2) Dalam
hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah
melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep
dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
b. Kekurangan
model ini yaitu
1) Model
integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk
bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang
tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
2)
Menyususn rencana model pembelajaran ini
diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu
waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.
Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari
pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam
hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata
pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Kelebihan pendekatan jaring
laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil
bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa
juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat
siswa. Kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka
cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi
siswa,dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep
menjadi terabaikan. Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan
model jaring laba-laba yaitu:
a.
Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan
indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
b.
Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya
dalam jaring tema.
c.
Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang
pengembangan melalui tema dan subtema.
d.
Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan
dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
e.
Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
f.
Menyusun
Rencana Kegiatan Harian.
7. Model
Galur/ benang(Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk
keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika,
ramalan terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan
sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum.
Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum
yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran
tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang
akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Kekurangan yaitu
hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara
eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran
satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyusun
langkah-langkah pembelajaran terpadu model Threaded yakni :
a. Menetapkan
keterampilan yang diuntaikan dalam pembelajaran ketrampilan.
b. Memilih
mata pelajaran yang cocok untuk dipadukan dengan model ini.
c. Mencocokkan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat diuntaikan.
d. Merumuskan
indikator pembelajaran secara terpadu.
e. Menetapkan
ketrampilan berpikir yang akan diuntaikan.
8.
Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan
Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan
cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam.
Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran. Bahasa
Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika,
Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi
bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai
butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.
Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.
Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan
diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses
diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk
hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar
untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid.
Kekurangan yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan
tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang
menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada
bidang dan merencanakan dan mengajar bersama. Adapun langkah dan tahapan dalam
pembelajaran terpadu model integrated, yaitu:
a.
Langkah guru merancang program rencana pembelajaran
dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara curah pendapat (brain stroming).
b.
Tahap pelaksanaan melakukan kegiatan:
1)
Proses pengumpulan informasi
2)
Pengelolaan informasi dengan cara analisis komparasi
dan sintesis
3)
Penyusunan laporan dapat dilakukan dengan cara
verbal,gravisi, victorial, audio, gerak, dan model.
c.
Tahap kulmunasi dilakukan dengan:
1)
Penyajian laporan (tertulis, oral, unjuk kerja,
produk)
2)
Penilaian meliputi proses dan produk dengan
menggunakan prosedur formal dan informal dengan tekanan pada penilaian produk.
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar
bidang studi, yaitu dengan cara menggabungakan bidang studi dengan cara
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap
yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi.
9.
Model Celupan/Terbenam (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan
berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya.
Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa
mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung
siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat
menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Kekurangan dari
model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk
mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Pada
dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe immersed mengikuti
tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga
tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Prabowo 2006; 4) Menurut
Hadisubroto (2000; 2), dalam merancang pembelajaran terpadu setidaknya ada
empat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a.
menentukan tujuan,
b.
menentukan materi/media,
c.
menyusun scenario KBM, dan
d.
menentukan evaluasi.
10.
Model Jaringan (Networked)
Model networked merupakan model
pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk
pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa
mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang
berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara
terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan
kenyataan yang dihadapi siswa. Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas
wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan
sempit sasarannya. Kekurangannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah
kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat
hambatan dalam mencari sumber. (sumber: Robin Fogarty. 1991. How to Integrate
the Curricula. Illinois: Skylight Publishing).
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Networked adalah sebagai berikut:
a.
Guru menjelaskan teknik menulis naskah pidato,
b.
Guru menjelaskan cara mencari informasi tentang
menulis naskah pidato dengan menggunakan jaringan baik itu dari media
elektronik ataupun media masa.
c.
Guru memberikan contoh naskah pidato yang bersumber
dari jaringan media elektronik ataupun media masa,
d.
Guru membagi kelompok siswa yang beranggotan 4-5
orang.
e.
Siswa melakukan jaringan kerja sama dengan setiap
kelompok untuk menulis naskah pidato yang bersumber dari padangan mata yang
disekitarnya ataupun dari jaringan media elektronik dan media masa,
f. Siswa
mempresentasikan hasil diskusi setiap kelompok, 7) Guru membuat kesimpulan dari
materi yang diajarkan
C. Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia
1. Jenis
Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Di Indonesia
Model
pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic bermakna dan
otentik. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistic, bermakna,
otenstik, dan aktif.
Berdasarkan
hasil kajian, model-model pembelajaran terpadu yang ada tidak semuanya tepat
diterapkan di Indonesia. Terdapat dua model pembelajaran terpadu yang nampaknya
paling cocok atau tepat diterapkan, yaitu model yang mengintegrasikan model jarring
laba-laba (webbed) dengan model keterhubungan (connected).
a. Model
Webbed
Model ini sangat
tepat diterapkan di sekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini
masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan
fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangkan mental, social, dan
emosional, terutama di kelas-kelas awal sekolah dasar (kelas I dan II).
Disamping itu, model ini juga dapat diterapkan di sekolah menengah pertama
terutama pada pelajaran yang sudah berfusi (broadfield), seperti Pengetahuan
Alam (Biologi, Fisika, Kimia) dan Pengetahuam Sosial (Geografi, Sejarah,
Ekonomi).
Seperti yang
telah dijelaskan dalam BBM 2 tentang jenis-jenis pembelajaran terpadu, model
webbed merupakan model yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang
berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam
hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran
tertentu maupun lintas matapelajaran.
Penetapan
tema dilakukan dengan dua cara. Pertama, tema ditentukan terlebih dahulu yaitu
dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah
menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal
yang yang kongkret menuju ke hal yang abstrak. Cara ini dilakukan untuk
kelas-kelas awal SD/MI (kelas I dan II). Tema-tema yang dikembangkan seperti:
diri sendiri, keluarga, masyarakat, pekerjaan, serta tumbuhan dan hewan.
Setelah tema ditentukan kemudian dilakukan pemetaan kompetensi dasar dan indikator
yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Kedua, tema ditentukan
setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam
masing-masing matapelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat
kemungkinan materi pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa
kompetensi dasar pada beberapa matapelajaran yang akan dipadukan. Cara ini
dilakukan untuk jenjang SD/MI kelas tinggi (kelas III sampai dengan VI) serta
SMP/MTS pada matapelajaran Pengetahuan Sosial dan Pengetahuan Alam.
b. Model
Connected
Model
keterhubungan digunakan secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu
konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topic lain, satu keterampilan
dengan keterampilan lain, tugas-yugas yang dilakukan di hari berikutnya, bahkan
ide-ide yang dipelajari dalam satu semester berikutnya di dalam satu mata
pelajaran maupun antar matapelajaran (interdisiplin). Model ini digunakan dalam
mengembangkan pembelajaran terpadu pada satuan pendidikan SMP/MTS untuk
keterpaduan antar matapelajaran selain Pengetahuan Alam dan Pengetahuan Sosial,
dan SMA/MA untuk semua matapelajaran yang memungkinkan kompetensi dasarnya
dapat dipadukan.
Perhatian utama
penerapan model ini yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan
kompetensi dasar dan indikator yang dipetakan pada setiap matapelajaran yang
akan dipadukan/dikaitkan dalam matapelajaran. Kegiatan pemetaan kompetensi
dasar ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh
mengenai kompetensi dasar dan indikator pada setiap matapelajaran yang
diindikasikan dapat dipadukan.
Pada
tingkat sekolah dasar, pemetaan kompetensi dasar ini tidak terlau mengalami
kesulitan sebab masih menerapkan system guru kelas di mana semua matapelajaran
diajarkan oleh satu orang guru (guru kelas). Dalam hal ini, guru SD/MI dengan
mudah dan lebih cepat dapat mengaitkan satu kompetensi dasar dengan kompetensi
dasar lainnya pada matapelajaran yang berbeda dibandingkan dengan guru SMP/MTS
dan SMA/MA yan g menerapkan system guru matapelajaran.
c. Teknik
Penyusunan Pembelajaran Terpadu
Dalam penyusunan
pembelajaran perlu memperhatikan kopetensi dasar yang akan di jabarkan.untuk
mntuk mengetahui keluasan atau kedalaman cakupan kemampuan dasar dapat di
gunakan jaringan topic/konsep.kopetensi dasar yang terlalu luas/dalam cakupan
materinya perlu di jabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran.Sedangkan
kopetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu
pembelajaran.
Beberapa cara
yang disarankan dalam menjabarkan kopetensi dasar menjadi langkah
pembelajaran,antara lain:
1) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas suatu tuntutan kompetensi secara utuh.
Cari ini dilakukan apabila
Kopetensi Dasar yang akan di jabarkan tidak terlalu luas/dalam cakupan
materinya.Sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam suatu unit
pembelajaran.
2) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas satu atau lebih hasil belajar dalam Satu.
Apabila dalam salah satu Hasil Belajar keluasan dan kedalaman materi
pembelajarannya ternyata terlalu klompleks,maka dapat disusun suatu unit
pembelajarannya.Atau seandainya memungkinkan dan Hasil Belajar yang tidak
terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki kaitan materi,maka dapat disusun ke
dalam satu unit pembelajaran.
3) Pembelajaran
disusun berdasarkan atas satu atau lebih indicator dalam satu kompetensi.
Cara ini ditempuh
dengan berpedoman kepada indikator hasil belajar.Kadang satu indikator
membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya.sehingga perlu dibuatkan dalam
satu unit pembelajaran yang yang utuh.dapat pula terjadi beberapa indikator
yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya dibuatkan
dalam unit pembelajaran sekaligus.
2. Model
pembelajaran Terpadu Yang Dikembangkan
Sebagai
sesuatu yang relatif baru dalam implemantasi kurikulum di Indonesia, pelaksanaan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar
harus didukung oleh kemampuan dan kesiapan guru yang optimal dan berbagai
perangkat alat dan media yang memadai. Pelaksanaan model pembelajaran terpadu
juga menuntut adanya kreativitas dan inovasi guru dalam pengembangan
pembelajaran. Idealnya, model pembelajaran terpadu ini bertolak dan
dikembangkan dari kurikulm yang sudah terpadu (integrated curriculum).
Penggunaan
model pembelajaran yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan, seperti yang
menjadi misi model pembelajaran terpadu memberikan prospek yang baik terhadap
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Model pembelajaran terpadu dapat
mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir siswa melalui untaian
tema/topik/pokok materi yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap
yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh/terpadu dan simultan. Selain
penggunaan model ini dapat menciptakan situasi belajar dimana siswa mempelajari
beberapa matapelajaran secara terpadu dalam satu tema. Keterpaduan tersebut
akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam mata pelajaran menjadi
lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran terpadu juga memberi peluang
untuk membangun pengetahuan secara utuh dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
a. Model
Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran terpadu dipengaruhi oleh seberapa jauh direncanakan
sesuai kondisi dan potensi siswa (minat,kebutuhan,dan kemampuan). Kopetensi
dasar dan indicator yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam kurikulum
per matapelajaran.oleh karena itu,dalam menyusun perencanaan pembelajaran
terpadu perlu diawali dengan melakukan pemetaan kopetensi dasar dan indicator
permatapelajaran perkelas yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain.
Model
perencanaan,dalam hal ini,mencangkup penyusunan silabus dan satuan
pembelajaran.format yang digunakan disesuaikan dengan contoh yang dikembangkan
oleh pusat Kurikulum.
b. Model
Pelaksanaan
Model
pelaksanaan dalam hal ini mencakup pendekatan metode atau cara yang dapat
digunakan termasuk pola pembelajaran yang dapat diterapkan dalam model
pembelajaran terpadu yang dikemas dalam (1) kegiatan pendahuluan (2) kegiatan
inti, dan (3) kegiatan akhir/tindak lanjut.
1) Kegiatan
Pendahuluan
Kegiatan
pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus
ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
terpadu.fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan
baik.Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini di
perhatikan,karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat
berkisar antara 5-10 menit.Dengan waktu yang relative singkat tersebut
diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan
baik,sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk
mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan
utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya yaitu menciptakan
kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif,melaksanakan kegiatan apresiasi
(apperception) dilakukan dengan cara : mengajukan pertanyaan tentang bahan
pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap
jawaban siswa dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas.
Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa
siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa, bisa juga penilaian awal ini dalam
prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2) Kegiatan
Inti Pembelajaran
Kegiatan
inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang
menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning
experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka
dan non-tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi
langsung antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar non-tatap muka
dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi
dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan
inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti perlu
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana proses pembelajaran itu
berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan
inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru
adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh
siswa beserta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari.
Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan
apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang
cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada siswa
bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya. Guru
menuliskan tujuan/kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan
penjelasan secara lisan mengenai pentingnya tujuan/kompetensi tersebut dikuasai
siswa.
Kegiatan
lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran terpadu yaitu menjelaskan
alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam thapan ini guru
perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus
ditempuh siswa dalam mempelajari tema, topic, atau materi pembelajaran terpadu.
Kegiatan belajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran terpadu lebih
diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi.
Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak
bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang
dipelajarinya. Sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivis dapat
dijalankan.
Dalam
membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada
suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus
dilakukan secara terpadu melalui penghubungkan konsep dari matapelajaran satu
dengan konsep dari matapelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya
menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang
mendorong siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran
terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikl, kelompok,
dan perorangan.
3) Kegiatan
Akhir/Tindak Lanjut
Kegiatan
akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk
menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa
dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan
pda proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini
relative singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu
esefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam
pembelajaran terpadu di antara kegiatan.
a) Melaksanakan
dan mengkaji penilaian akhir.
b) Melaksanakan
tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang
harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap
sulit oleh siswa, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi
atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan
tentang topic yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan
d) Menutup
kegiatan pembelajaran.
3. Model
Penilaian
Model
penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang digunakan,jenis dan bentuk
penilaian,sertaa alat evaluasi yang digunakan.obyek dalam penilaian
pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar
siswa.penilaian proses belajar adalah
upaya pemberian nilai terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa,sedangkan penilaian hasilbelajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan
menggunakan kriteria tertentu.Hasil belajar tersebut pada hakekatnya merupakan
kopetensi-kopetensi yang mencakup aspek pengetahuan,keterampilan,sikap dan
nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.kopetensi
tersebut dapat dikenali melalui sejumblah hasil belajar dan indikatornya yang
dapat diukur dan diamati.penilaian proses dan hasil belajar itu saling
berkaitan satu dengan yang lainnya,hasil belajar merupakan kibat dari suatu
proses belajar.
Jenis
penilaian pembelajaran terpadu dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes dan
bukan tes (non test). Sistematis penilaian dengan menggunakan teknik tes
disebut penilaian konvensional.sistem penilaian tersebut kurang dapat menggunakan kemajuan belajar siswa secara
siswa menyeluruh,sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk
angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangan abstrak.oleh
karena itu,untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa secara
menyeluruh,perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilain alternative
(alternative assessment)
Penilaian
alternative dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan
kemajuan belajar siswa secara menyeluruh.memulai penggunaan penilaian
alternative ini,kemajuan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orang
tua,bahkan oleh siswa sndiri,hal ini sesuai dengan tuntunan penilaian berbasis
kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar-mengajar (KMB) dan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja siswa
(portofolio), hasil karya (product),
penguasaan (projeck), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper &
pencil test). Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna
sebagai umpan balik bagi siswa,memantau kemajuan dan diagnosis,masukan bagi
perbaikan program pembelajaran,mencapai kopetensi yang diharapkan, dan memberi
informasi komunikatif bagi masyarakat.
D. Penyusununan Rencana Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara
integritasi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sebagai
suatu model pembelajaran, dalam penerapannya disekolah, khususnya dasar
memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran dalam
satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru atau tim guru perlu
melakukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas pertimbangan
yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Dalam
menanamkan konsep pengetahuan atau keterampilan, siswa tidak perlu di-drill,
tetapi diarahkan melalui pengalaman langsung (direct experience) dan
menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami, sehingga sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perancangan yang tepat akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu.
1. Tahapan
penyusunan rencana pembelajaran terpadu
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran terpadu di sekolah dasar sebagai sesuatu yang relative baru dalam
implementasi kurikulum di Indonesia, harus didukung oleh kemampuan dan kesiapan
guru yang optimal dan berbagai perangkat alat dan media yang memadai. Selain
itu juga menuntut adanya kreativitas dan inovasi guru.
Idealnya, model pembelajaran terpadu ini bertolak
dan dikembangkan dari kurikulum yang sudah terpadu (integrated curriculum).
Namun, dalam pendidikan di Indonesia, biasanya kurikulum itu sudah dikembangkan
kedalam berbagai mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Maka hal
pertama, yang perlu mendapat perhatian guru dalam merancang pembelajaran
terpadu di sekolah dasar, yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan
kompetensi dasar dan indicator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan.
Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebab guru harus memahami betul
kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indicator tersebut
sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran
terpadu pada tingkat sekolah yaitu dengan adanya penerapan system guru kelas, dimana
dengan pengalamannya mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa lebih cepat
melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indicator antar-mata pelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu
diupayakan adanya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan
proses belajar siswa secara menyeluruh melalui kegiatan penghubungan gagasan
atau konsep pada suatu mata pelajaran
dengan gagasan atau konsep pada mata pelajaran lainnya. Keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran terpadu ini sangat ditentukan oleh bagaimana guru
mampu menyusun perancangan dan scenario pembelajaran yang tepat dan dikemas
dengan memperhatikan karakteristik siswa.
Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah
dasar terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Tetapkan
mata pelajaran yang akan dipadukan
Langkah ini sebaiknya dilakukan
setelah membuat peta kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi
pemerataan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan
dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan
dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
b. Pelajari
kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap mata pelajaran.
Pada tahap ini dilakukan
identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang sama dari
setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan
menggunakan paying sebuah tema pemersatu. Namun sebelumnya, harus menetapkan
terlebih dahulu aspek-aspek dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan.
c. Pelajari
hasil belajar dan indicator hasil belajar dalam setiap mata pelajaran
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah mempelajari dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata
pelajaran sehingga dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara
terpadu. Untuk itu, harus memahami dan menggunakan kurikulum yang berlaku
(Standar Kompetensi Kurikulum 2006).
d. Pilih
dan tetapkan tema pemersatu
Dalam pembelajaran terpadu, peran
tema ini sangat penting terutama untuk menciptakan situasi belajar yang
kondusif yang dapat diwujudkan antara lain dalam beberapa hal sebagai berikut.
1) Siswa
mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.
2) Siswa
dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan beberapa kompetensi dasar antar
mata pelajaran dalam tema yang sama
3) Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Kompetensi
dasar bisa dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran satu
dengan mata pelajaran lainnya dan pengalaman pribadi siswa.
5) Siswa
lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks
tema yang jelas
6) Siswa
lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
7) Guru
dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat
dipersiapkan sekaligus dalam dua atau tiga kali pertemuan.
e. Buatlah
pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema
pemersatu.
f.
Susun silabus pembelajaran dengan
mengaitkan topic dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran
g. Susun
satuan pembelajaran terpadu.
Sebenarnya
dapat ditetapkan sendiri tema-tema yang bisa dibahas dalampembelajaran terpadu,
asalkan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagaimana telah diuraikan
di pembahasan sebelumnya.
Ruang
lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit.
Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang
dalam percakapan umum sering disebut topic yang sifatnya lebih spesifik dan
lebih kongkret. Anak tema atau sub tema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan
lagi menjadi suatu “pembicaraan” sebagai materi pembelajarannya.
Berikut ini adalah contoh
pengembangan tema menjadi anak tema(diambil dari tema yang terdapat dalam
Standar Kompetensi Kurikulum 2006 SekolahDasar), Misalnya, ditentukan tema
“PENGALAMAN” yang dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Pengalaman
menyenangkan, (2) Pengalaman menyedihkan, dan (3) Pengalaman lucu/menggelikan.
Tema “PERISTIWA” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Peristiwa negative,
dan (2) Peristiwa positif. Peristiwa tersebut dapat berupa peristiwa alam,
seperti: banjir, gempa bumi, gunung meletus,
tanah longsor, angin topan, dan sebagainya. Dapat pula menjadi peristiwa
lainnya, seperti: perampokan, penjambretan, tabrak lari, rapat akbar, pemilu,
dan sebagainya.
Dengan demikian, dalam
menentukan tema sebagai landas tumpu pembelajaran terpadu, guru dapat melakukan
langkah-langkah (1) menetapkan atau memilih tema, (2) mengembangkan anak tema
menjadimateri/bahan ajar yang akan dibicarakan di kelas baik dalam bentuk
wacana, dialog, atau bentuk lainnya.
2. Pemetaan
Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema Pemersatu
Pada tahap ini
dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran
yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam
bentuk bagian dan matriks jaringan topik memperlihatkan kaitan antara tema
pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu,
dalam pemetaan ini tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar
yang harus dicapai siswa berikut indicator pencapaiannya.
Dengan Contoh :
Tema: DIRIKU

3. Penyusunan
Silabus Pembelajaran Terpadu
Secara umum, silabus
ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok
isi atau materi pembelajaran terpadu. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut
dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok
serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
4. Penyusunan
Satuan Pembelajaran Terpadu
Penyusunan satuan pembelajaran terpadu merupakan realisasi dari pengalaman
belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponen
satuan pembelajaran terpadu diantaranya:
a. Identitas
mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan
waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan)
b. Kompetensi
dasar yang hendak dicapai
c. Materi
pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar.
d. strategi
pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa
dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk
menguasai kompetensi dasar).
e. Alat
dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar.
f. penilaian
dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai
pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).
g. Sumber
bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai.
5. Penyusunan
Silabus dan Satuan Pembelajaran Terpadu
a. Pengembangan
Silabus Pembelajaran Terpadu
Istilah silabus
dalam hal ini dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau
pokok isi/materi pembelajaran terpadu. Silabus digunakan sebagai penjabaran
lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan
pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. pengembangan silabus
dalam pembelajaran terpadu merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan
kurikulum yang bermanfaat sebagai pedoman dalam penyusunan satuan pembelajaran
terpadu. Selain itu, silabus dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran (seperti kegiatan
belajar klasikal, kelompok kecil, dan individu) dan pengembangan sistem
penilaian.
Terdapat
beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan silabus
pembelajaran terpadu, yaitu:
1) Disusun
berdasarkan prinsip ilmiah, dalam arti materi pembelajaran terpadu yang
disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah.
2) Ruang
lingkup dan urutan penyajiam materi pembelajaran dalam silbabus, termasuk
kedalaman dan tingkat kesulitannya, disesuaikannya, disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan siswa, serta cukup memadai untuk menunjang
tercapainya penguasaan kompetensi dasar.
3) Penyusunan
silabus dilakukan secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam
silabus tersebut harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4) Silabus
disusun berdasarkan bagan/matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema
pemersatu yang telah dikembangkan.
5) Dalam
memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan
kompetensi dasar dan tema pemersatu, misalnya mengadakan kunjungan ke lahan
pertanian, pasar, kebun binatang, dan
lain-lain atau membawa narasumber ke sekolah.
6) Kompetensi
dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran
terpadu disusun dalam silabus tersendiri. .
Silabus pembelajaran
terpadu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, di mana
komponen-komponen yang ada di dalamnya saling berhubungan satu sama lain dalam
rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Komponen silabus
tersebut terdiri atas: (a) identifikasi
mata pelajaran yang akan dipadukan, (b) kompetensi dasar, hasil belajar,
dan indikator yang harus dikuasai siswa, (c) materi pokok yang mengacu pada
suatu tema yang akan disajikan, (d) alternatif strategi pembelajaran yang akan
digunakan, dan (e) alokasi waktu yang diperlukan. Di bawah ini uraian tentang
kompenen-komponen yang dijelaskan secara lengkap.
1) Identifikasi
mata pelajaran yang akan dipadukan.
Pada bagian-bagian ini perlu
dituliskan dengan jelas nama-nama mata pelajaran yang akan dipadukan,
ditunjukan untuk kelas berapa, dan pada semester mana. Perlu juga dituliskan
judul tema pemersatu yang akan dibahas.
2) Penentuan
kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator.
Kompetensi dasar berisi mengenai
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka
pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan
dipadukan. Kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator ini sudah tertulis
dalam buku Standar Kompetensi per mata
pelajaran, dalam hal ini, tinggal memindahkannya ke dalam silabus pembelajaran
terpadu.
3) Penentuan
materi pokok.
Materi pokok berisi mengenai
pokok-pokok bahan pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk
pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sebenarnya, materi pokok ini
juga sudah ditetapkan secara nasional dan tertulis dalam buku Standar Kompetensi per mata pelajaran.
Dengan demikian guru tinggal menyalinnya ke dalam silabus tersebut. tugas guru
adalah menjabarkan materi pokok tersebut ke dalam materi pembelajaran terpadu
dengan mengacu pada tema yang akan disajikan. Cara penulisannya, jika
kompetensi dasar biasanya dirumuskan dalam bentuk kata kerja, maka materi
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang
dibendakan. Coba perhatikan contoh berikut!
Kompetensi Dasar
|
Materi Pembelajaran
|
·
Mendengarkan dongeng binatang
(Bahasa Indonesia)
|
·
Dongeng binatang
|
·
Mendeskripsikan bagian-bagian
yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah (Pengetahuan Alam)
|
·
Bagian-bagian tubuh hewan
|
·
Memahami konsep urutan bilangan
cacah (matematika)
|
·
Urutan bilangan cacah
|
·
Dsb
|
·
Dsb
|
Dalam penentuan materi pembelajaran
terpadu perlu diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip, atau
prosedur. Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat dan
media pembelajaran yang akan digunakan. Perlu juga diperhatikan keluasan
cakupan dan kedalaman dari materi pembelajaran tersebut. keluasan cakupan
materi berkaitan dengan banyaknya materi yang dimasukan sebagai materi
pembelajaran terpadu, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail
konsep-konsep yang terkandung dalam materi pembelajaran terpadu tersebut harus
dipelajari atau dikuasai oleh siswa.
4) Penentuan
alternatif strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran dimaksudkan
sebagai prosedur umum kegiatan pembelajaran terpadu yang akan dilaksanakan,
baik yang menyangkut kegiatan tatap muka maupun pengalaman belajar non-tatap
muka. Kegiatan tatap muka dilakukan dengan dengan mengembangkan interaksi
langsung antara guru dengan siswa, misalnya dalam bentuk pemberian penjelasan
melalui metode ceramah, diskusi, kuis, dsb. Pengalaman belajar non-tatap muka
dilakukan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bukan berbentuk interaksi
guru-siswa, tetapi berupa interaksi siswa dengan objek dan atau sumber belajar
lain untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar, bentuknya bisa berupa kegiatan
mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen,
menemukan, mengamati, menelaah, dan kegiatan sejenisnya. Kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun diluar kelas dengan memanfaatkan
lingkungan yang tersedia (fieldtrip).
Perlu diingat bahwa strategi
pembelajaran yang perlu dituliskan dalam silabus ini harus berupa
alternatif-alternatif kegiatan atau pengalaman belajar unik dan spesifik yang
sesuai dengan materi pembelajaran dan dapat menunjang penguasaan kompetensi
dasar yang telah ditentukan. Coba anda perhatikan contoh berikut!
Materi
Pembelajaran
|
Strategi
Pembelajaran
|
·
Dongeng binatang
|
·
Mendengarkan dongeng binatang
yang disampaikan guru tentang “kancil yang cerdik”
|
·
Bagian-bagian tubuh hewan
|
·
Mengamati bagian-bagian tubuh
yang tampak pada hewan jinak berkaki dua yang ada dilingkungan siswa, seperti
ayam, itik, burung merpati,dsb
|
·
Urutan bilangan cacah
|
·
Mengamati gambar-gambar binatang
berkaki empat yang disediakan guru dilanjutkan dengan menyebutkan jumlah
binatang tersebut dan menuliskannya dalam kata-kata dan angka.
|
·
Dsb
|
·
Dsb
|
Penentuan
strategi dalam pembelajaran terpadu harus memungkinkan terjadinya pengalaman belajar
dan bermakna bagi siswa. Untuk itu diperlukan berbagai sumber belajar, baik
berupa objek langsung maupun objek yang tidak langsung. Contoh penggunaan objek
langsung: siswa diajak langsung mengunjungi kebun binatang untuk mengamati
jenis-jenis binatang berkaki empat atau siswa diajak mengunjungi rumah
disekitar sekolah yang memiliki hewan peliharaan seperti ayam dan itik. Contoh
objek tidak langsung : siswa diminta untuk mengamati gambar hewan berkaki empat
atau siswa diajak menonton tayangan televisi/video tentang hewan berkaki empat.
Agar
siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna, maka penentuan strategi dalam
pembelajaran terpadu perlu juga dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat
kontekstual karena siswa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajarinya
terkait dengan apa yang telah diketahuinya dan kegiatan/peristiwa yang terjadi
di sekelilingnya. Akan lebih sempurna lagi jika siswa diberi
pengalaman-pengalaman belajar yang diarahkan kepada pemerolehan kecakapan hidup
(life-skills) yanng sangat diperlukan
bagi kehidupan di lingkungannya.
5) Penentuan
alokasi waktu
Alokasi waktu perlu diperhatikan
pada tahap pengembangan silabus dengan maksud untuk memperkirakan jumlah jam
pelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, guru harus
mampu memperkirakan berapa lama siswa dapat mempelajari materi pembelajaran
yang telah ditentukan. Dalam penentuan alokasi waktu ini, guru perlu
mempertimbangkan tingkat kesulitan, ruang lingkup atau cakupan, serta tingkat
pentingnya materi pembelajaran yang dipelajari, pertimbangan pula, apakah
penyajian materi itu bisa dilakukan guru secara langsung di dalam kelas atau
memerlukan kunjungagn ke objek-objek tertentu diluar kelas.
Dalam mengalokasikakan waktu, guru
harus memperhatikan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap semester. Dalam
kerangka kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester)
adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal sekolah dasar (kelas 1 dan 2)
alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31 jam pelajaran per minggu,
sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 3-6) alokasi waktu yang disediakan adalah
32 jam untuk kelas 3 dan 36 jam pelajaran untuk kelas 4,5,6 per minggu. Satu
jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit (kelas awal) dan 40 menit
(kelas tinggi). Khusus untuk kelas awal, alokasi waktu sebanyak 30-31 jam
pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan bobot berkisar : (a) 15% untuk
agama; (b) 50 % untuk Membaca dan
Menulis Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Pengetahuan Alam,
pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan
Kesenian, dan Pendidikan Jasmani.
Komponen-komponen silabus
sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu disusun dalam bentuk format dan
sistematik yang jelas. Format untuk silabus pembelajaran terpadu bisa disusun
dalam bentuk naratif maupun matriks. Namun utnuk memudahkan dalam melihat
keterkaitan antarasatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, silabus
disarankan disusun dalam format matriks
untuk masing-masing tema yang telah ditetapkan.
CONTOH
FORMAT
SILABUS
PEMBELAJARAN TERPADU
Sekolah Dasar :
Kelas :
Semester :
Tema :
Mata Pelajaran
|
Kompetensi dasar,
hasil belajar, indikator
|
Materi pokok
|
Strategi pembelajaran
|
Alokasi waktu
|
Sumber bahan
|
Tuliskan nama mata
pelajaran yang akan dipadukan
|
Tuliskan kompetensi
dasar dan indikator yang dapat dipadukan.
|
Tuliskan pokok-pokok
materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi
dasar. Standar materi pokok sudah ditetapkakan secara nasional, tugas guru
adalah menyusun jabaran/uraian materi pokok tersebut ke dalam materi
pembelajaran. Rumuskan dalam bentuk kata kerja yang dibendakan.
|
Kegiatan tatap muka:
interaksi langsung antara guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi, ujian,
kuis,dll
Pengalaman belajar
non tatap muka: kegiatan belajar siswa dalam berinteraksi dengan sumb er
belajar lain, seperti mendemonstrasikan, mempraktekan, mensimulasikan,
melakukan eksperimen, mengaplikasikan, menemukan,mengamati, meneliti,
menelaah,dsb
|
Tuliskan perkiraan
berapa lama siswa mempelajari materi pembelajaran untuk memperkirakan jumlah
jam tatap muka yang diperlukan
|
Tuliskan rujukan,
referensi atau literatur yang relevan, seperti buku teks,
Gunakan cara
penulisan yang sudah baku, nyatakan juga bagian/bab dan halamannya.
|
b. Pengembangan
satuan pembelajaran terpadu
Silabus
sebagaimana diuraikan diatas merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan
pembelajaran terpadu yang sifatnya masih global. Bahkan silabus tersebut
sebaiknya disusun untuk seluruh mata pelajaran yang bisa dipadukan sebagai
progam yang harus dicapai selama satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk
pegangan dalam jangka waktu yang lebih pendek, guru harus membuat program
pembelajaran yang disebut satuan pembelajaran terpadu. Satuan pembelajaran
terpadu ini merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk
jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok
atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema pembelajaran terpadu yang akan
dibahas.
Isi dan alokasi
waktu setiap satuan pembelajaran terpadu
ini tergantung kepada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya.
Misalnya suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam
pelajaran, mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja.
Tetapi pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran perlu
disampaikan dalam dua kali pertemuan. Supaya tidak terlalu kaku atau rigid.
Tidak perlu membuat satuan pembelajaran terpadu untuk setiap kali pertemuan
secara terpisah-pisah, namun bisa diatur untuk satu satuan pembelajaran
terpadu, misalnya mencakup materi pembelajaran untuk 3-4 kali pertemuan.
Komponen-komponen
satuan pembelajaran terpadu ini lebih rinci dan lebih spesifik dibandingkan
dengan komponen-komponen dalam silabus. Bentuk satuan pembelajaran terpadu yang
dikembangkan bisa saja berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus sama.
Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam satuan pembelajaran terpadu meliputi :
1) Identitas
mata pelajaran
2) Kompetensi
dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan.
3) Pokok-pokok
materi yang akan disajikan
4) Kegiatan
belajar-mengajar yang akan dilaksanakan
5) Alat,
media dan sumber bahan yang digunakan.
6) Cara
penilaian yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat evaluasi.
CONTOH
FORMAT
SATUAN
PEMBELAJARAN TERPADU
Mata Pelajaran : 1....................................
2....................................
3....................................
Sekolah Dasar : .....................................
Kelas/semester : .....................................
Alokasi Waktu : .......x pertemuan (@....menit)
A.
KOMPETENSI
DASAR DAN INDIKATOR
Tuliskan
kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan yang hendak dicapai atau
dijadikan tujuan. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
B.
MATERI
PEMBELAJARAN
Tuliskan materi
pokok (beserta uraian singkat)yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai
kompetensi dasar.
C.
STRATEGI
PEMBELAJARAN
Tuliskan
strategi pembelajaran berupa kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dam
pengalaman belajar non-tatap muka.
D.
ALAT,MEDIA,
DAN SUMBER
Tuliskan
berbagai alat dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta
sumber bahan/rujukan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai. Gunakan cara penulisan yang sudah baku,
tuliskan juga bagian/bab dan halamannya.
E.
PENILAIAN
PEMBELAJARAN
Tuliskan
prosedur, jenis, bentuk dan alat/instrumen yang digunakan untuk menilai
pencapaian belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti :
remedial, pengayaan atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis
kelas, seperti : penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project),kinerja
(performance), dan tes tertulis (paper dan pen).
E. Implementasi Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
1. Penyusunan
Rencana Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
siswa. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar mata pelajaran
tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan siswa. Prinsip pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan
lingkungan, bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan efisiensi.
Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan, memberikan pengalaman,
hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, mengembangkan
keterampilan berfikir anak, menumbuhkan keterampilan sosial, menumbuhkan sikap
toleransi, komunikasi, dan tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata.
Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan
tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan
penyusunan RPP, penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah;
kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, evaluasi/penilaian. Sistem penilaian
pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang
digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; tertulis, lisan, perbuatan,
catatan perkembangan siswa, portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu
melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan
indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa
(LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu.
Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai
contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih
luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa
Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan
kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada
siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu, Pembelajaran tematik
dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu
untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan.
Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa. Lebih mengutamakan kompetensi dasar
yang akan dicapai dari tema tersebut. Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik
dapat berasal dari guru dan siswa.
Dari
pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan
dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Di samping
itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih
menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam
pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum,
dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan
belajar siswa.
Pembelajaran
tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru
dan pemahamannya oleh guru belum mendalam, sehingga dalam implementasinya
belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam
melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru
belum mendapat pelatihan secara intensif tentang pembelajaran tematik
ini. Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan kebiasan kegiatan
pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pada
saat menyusun model pembelajaran terpadu maka langkah pertama yang dilakukan
adalah mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar berikut butir-butir
indikator pencapaian hasil belajar dari setiap mata pelajaran yang memiliki
kesamaan topik sehingga bisa dipadukan. Setelah itu kita menyusun silabus
dengan langkah-langkah: (1) menyusun sendiri butir-butir pembelajaran apa saja
yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematis tertentu, (2) menetapkan
kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator pembelajaranny, (3)
mengidentifikasi keselarasan hubungan KD dengan butir-butir indikator hasil
belajar dari antartopik pembelajaran, (4) menentukan tema dan teks yang akan
dijadikan payung dan landas tumpu (springboard)
pembelajaran, dan (5) menentukan skenario pembelajarannya berikut evaluasinya.
Bentuk
implementasi pembelajaran terpadu dengan bertolak dari tema pada dasarnya
dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan pengajaran proyek atu pengajaran unit.
Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan belajar siswa berkisar pada satu tema yang
ditetapkan bersama oleh seluruh siswa dalam kelas bersama guru. Luas-sempitnya
cakupan konseptual satu tema akan berpengaruh pada seluruh kegiatan belajar
mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi. Kegiatan
pembelajarannya dapat berlangsung dalam waktu antara 1 atau 2 minggu. Untuk
kebutuhan pembelajaran harian, berdasarkan silabus tersebut guru dapat menyusun
satuan perencanaan pembelajaran harian. Agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran terpadu sebagaimana dipaparkan di atas, maka guru harus menyusun
skenario pembelajaran dalam bentuk silabus.
Dalam
menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya.
Silabus harus mudah dibaca dan dipahami baik oleh guru yang mengembangkannya
maupun oleh guru lain yang ada kemungkinan akan menggunakan silabus tersebut.
Pada awal pemberlakuan kurikulum, secara nasional telah disediakan contoh
silabus siap pakai untuk dilaksanakan. Pada tahun-tahun berikutnya silabus
tersebut perlu direvisi dan disempurnakan agar dapat mengingkatkan efektivitas
dan efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan setiap mata pelajaran.
Silabus
pembelajaran terpadu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, dimana
komponen-komponen yang ada didalamnya saling berhubungan satu sama lain dalam
rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Komponen silabus
pembelajaran terpadu terdiri atas: (a) identifikasi mata pelajaran yang akan
dipadukan, (b) kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang harus
dikuasai siswa, (c) materi pokok yang mengacu pada suatu tema yang akan
disajikan, (d) alternatif strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan (e)
alokasi waktu yang diperlukan.
Satuan
pembelajaran terpadu merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil
untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu
pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema pembelajaran terpadu yang
akan dibahas. Komponen satuan pembelajaran terpadu mengandung unsur-unsur pokok
yang meliputi: (a) identitas mata pelajaran, (b) kompetensi dasar, hasil belajar
dn indikator yang akan dipadukan, (c) pokok-pokok materi yang akan disajikan,
(d) kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan, (e) alat, media, dan
sumber bahan yang digunakan, (f) cara penilaian yang akan ditempuh dilengkapi
dengan alat penilaian.
Dalam
tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
a. Pemetaan
Kompetensi Dasar. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
1) Penjabaran
standart kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator.
2) Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik;
3) Indikator
dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran;
4) Indikator
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
b. Penentuan
Tema. Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan
mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1) Pemikiran
konseptual. Tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa,
tetapi bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih
tinggi.
2) Pengembangan
keterampilan dan sikap. Tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan
keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial,
eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus
bisa diakomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri,
kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias,
mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
3) Kesinambungan.
Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated
Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal
yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal
itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.
4) Materi
belajar utama dan tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita
bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber
atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai
profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa
dipelajari, suasana belajar di dalam kelas, lingkungan, komunitas, dan
kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literatur, progam komputer, dan
internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan
demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar
itu.
5) Terukur
dan terbukti. Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran yang akan siswa
capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses
pembelajaran tematik. Perlu juga menunjukkan bukti-bukti itulah yang dinilai
guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan.
Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua
siswa.
6) Kebutuhan
siswa dalam memilih tema. Guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Tema yang
dipilih dapat menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif. Gardner (2007) dalam
bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi
ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu:
a) Pikiran
yang terlatih, terampil, dan disiplin;
b) Pikiran
mensintesis;
c) Pikiran
mencipta;
d) Pikiran
merespek, dan
e) Pikiran
etis. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan
psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan siswa.
f) Keseimbangan
pemilihan tema
Pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa mampu mempelajari sekitar enam tema. Para guru hendaknya dapat memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains dalam tema-tema yang bervariasi.
Pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa mampu mempelajari sekitar enam tema. Para guru hendaknya dapat memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains dalam tema-tema yang bervariasi.
g) Aksi
nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan
dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang
bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan
lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan di mana
siswa hidup.
c. Identifikasi
dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan idikator.
Pengidentifikasian dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi
dasar dan indikator dilakukan sesuai/cocok untuk setiap tema hingga semua
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
d. Penetapan
Jaringan Tema. Jaringan tema yaitu hubungan kompetensi dasar dan indikator dari
beberapa mata pelajaran atau materi pokok dengan tema pemersatu.
e. Penyusunan
Silabus. Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya
dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.
f.
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Untuk
mengelola pembelajaran dengan baik, guru menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus. Setelah tahap perencanaan
dilakukan, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan pembelajaran tematik.
Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :
1)
Kegiatan Pendahuluan/awal. Pada tahap ini dapat
dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh
kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan
dan menyanyi.
2)
Kegiatan inti. Kegiatan inti difokuskan pada
kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, dan
hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan
strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok
kecil, ataupun perorangan.
3)
Kegiatan penutup. Sifat dari kegiatan penutup adalah
untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan,
mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi
musik. Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai
implikasi yang mencakup:
a)
Implikasi bagi guru. Pembelajaran tematik memerlukan
guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga
dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
b)
Implikasi bagi siswa. Siswa harus siap mengikuti
kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melakukan
kegiatan, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal.
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
g. Implikasi
terhadap sarana, prasarana, sumber balajar, dan media. Pelaksanaan pembelajaran
ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. Pembelajaran ini perlu
memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara khusus maupun
yang tersedia di lingkungan. Pembelajaran ini perlu mengoptimalkan penggunaan
media pembelajaran bervariasi. Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku
ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen
khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.
h. Implikasi
terhadap pengaturan ruangan. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan.
Susunan bangku bisa berubah-ubah. Peserta didik tidak harus selalu hanya duduk
di kursi, tetapi dapat duduk ditikar, dikarpet, atau yang lain.
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.
i. Implikasi
terhadap pemilihan metode. Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai
variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain
peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.
2. Evaluasi
Pembelajaran Terpadu
a. Penilaian
dalam Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Evaluasi
pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses
diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat, dan semangat siswa dalam proses
pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman
dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan
siswa sehari-hari. Di samping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya
siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu
paparan/pameran karya siswa. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes
perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi
pelajaran dapat berupa wawancara atau dialog secara informal. Di samping itu
instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis,
pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau
kelompok dan lembar observasi.
Terdapat
beberapa fungsi penilaian dalam pembelajaran terpadu. Fungsi utama dari
penilaian ini yaitu sebagai alat untuk mengetahui apakah para siswa telah
menguasai sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan fungsi tersebut
maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan kompetensi yang dikembangkan
delam kurikulum sekolah dasar. Selain fungsi tersebut diatas, penilaian ini
berfungsi juga sebagai umpan balik bagi perbaikan atau penyempurnaan proses
pembelajaran dan sebagai dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa
kepada orang tuanya.
Penilaian dalam
pembelajaran terpadu merupakan program penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang telah
dilakukan.
b. Prinsip-Prinsip
Penilaian Pembelajaran Terpadu
Untuk
memperoleh hasil penilaian yang akurat, dalam melaksanakan penilaian
pembelajaran terpadu guru perlu memperhatikan beberapa prinsip penilaian yaitu:
prinsip integral dan komperhensif, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektif.
Prinsip intergral dan komperhensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan
menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan,
maupun sikap dan nilai. Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara
berencana, terus menerus, dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untk memenuhi prinsip
ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan
penyusunan program semester dan dilaksanakan sesuai dengan program yang telah
disusun. Prinsip objektif yakni penilaian pengajaran dilakukan dengan
menggunakan alat ukur yang handal dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat
menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
c. Sasaran
Penilaian
Dari
segi pentahapan kegiatan, penilaian dilakukan pada tahap perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, sedangkan dari segi sasarannya,
penilaian difokuskan kepada proses dan produk pembelajaran.
Merujuk pada
cakupan penilaian pembelajaran terpadu, maka penilaian pembelajaran terpadu itu
harus bersifat multidimensional, berlangsung dalam konteks yang otentik
(alami), sifatnya kolaboratif dan berorientasi pada perkembangan dan lingkungan
budaya siswa. Penekanan penilaian terletak baik pada proses maupun
hasil/produk, dan penilaian terhadap proses perlu memperoleh perhatian khusus.
Beragamnya aspek perilaku yang dinilai dalam pembelajaran terpadu menuntut
adanya teknik dan alat penilaian yang beragam pula, mulai dari penilaian yang
didasarkan pada pengamatan langsung yang bersifat informal sampai kepada tes
fotmal yang berstruktur dan terkendali (Depdikbud, 1997). Penilaian
pembelajaran terpadu sebagaimana dikemukakan diatas mencakup penilaian terhadap
proses dan produk dengan sasaran siswa dan guru yang berkaitan dengan program
pembelajarannya.
d. Pelaksanaan
Penilaian
Untuk
kebutuhan evaluasi, disusun lembar kerja siswa (LKS) yang dapat digunakan dalam
pembelajaran terpadu. Bentuk evaluasi untuk perencanaan pembelajaran sesuai
dengan prinsip-prinsip evaluasi terpadu.
F. Implementasi Model-model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru
merupakan seperangkat wawasan dan aktivitas berpikir dalam merancang
butir-butir pemebelajaran yang ditunjukan untuk menguntai tema, topik maupun
pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa sebagai pemeblejaran secara
utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain, pembelajaran terpadu adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menggabungkan sejumlah
konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu
sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa
secara simultan.
Pemebelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara
terintegrasi untuk memeberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sebagai
suatu model pembelajaran, dalam penerapannya di sekolah, khususnya sekolah
dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran
dalam satu mata pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru atau tim guru
perlu melakukan perencanaan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas
pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna.
Dalam peneneman konsep pengetahuan atau keterampilan, siswa tidak perlu di drill, tetapi diarahkan untuk belajar
melalui pengalaman langsung (direct
experience) dan menghubungkannya dengan konep-konsep lain yang sudah
dipahami, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perancangan
yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan
pemebelajaran terpadu.
1. Model-Model
Pembelajaran Terpadu
Sebagaimana
dikemukakan Fogarty (1991) bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu,
mencakup model (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5)
shared, (6) webbed, (7) threaded, (8)
integrated, (9) immersed, dan (10) networ. Tentu
saja dari model-model pembelajran terpadu seperti yang telah dikemukakan oleh
Robin Fogarty dan Jacobs diatas ini tidak semuanya tepat diterapkan disekolah
dasar di Indonesia. Menurut hasil pengakajian Tim Pengembangan PGSD (1997),
terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau tepat
diterapkan di sekolah dasar kita, yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model ketepaduan (integrated). Di bawah ini diuraikan
kotiga model pembelajran terpadu tersebut beserta kelebihan dan kelemahan dalam
pelaksanaannya.
a. Model
Jaring Laba-laba (Webbed)

![]() |
Kekuatan
pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut.
1) Adanya
faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
2) Model
jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum
berpengalaman.
3) Model
ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kedalam semua
bidang isi pelajaran.
Kelemahan
pembelajaran terpadu model Webbed sebagai berikut:
1) Langkah
yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi
tema.
2) Adanya
kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal. Sehingga hal ini hanya
berguna secara analisis di dalam perencanaan kurikulum.
3) Dalam
pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.
b. Model
Keterhubungan (connected)


Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan
adalah sebagai berikut.
1) Dengan
mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan
gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu
aspek.
2) Konsep-konsep
kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
3) Mengaitkan
ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji,
mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur
dan memudahkan transfer atau memindahkan ide-ide tersebut dalam memecahkan
masalah.
Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan
adalah:
1) Berbagai
mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait,
walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran
(interdisiplin).
2) Guru
tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga ini pelajaran tetap
terfokus tanpa merentangakan konsep-konsep dan ide-ide antar mata pelajaran.
3) Usaha-usaha
yang terkonsentrai untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran
dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global
dengan mata pelajaran lain.
c. Model
Keterpaduan (integrated)
Model ini
merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar mata
pelajaran. Model ini diusahakan denga cara menggabungkan mata pelajaran dengan
cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, kosep dan
sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda
denga model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya
sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait yang
bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih
oleh guru dalam tahap program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep,
keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari bberapa mata
pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang
memiliki keterhubungan yang erat dan
tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah
topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah
topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalm mata pelajaran
Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahun Sosial, agar
tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran
tertentu, misalnya Pengetahun Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang
merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukan butir
pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan
sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap
sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagia butir pembelajaran dari
berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya,
model ini sangat baik dikembangkan di SD.
Kekuatan model
keterpaduan anatara lain:
1) Memudahkan
siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mat
pelajaran.
2) Memungkinkan
pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan
dan keahlian.
3) Mampu
membangun motivasi.
Kelemahan model
keterpaduan anatara lain:
1) Model
ini model yang sangat sulit diterapkan secara utuh.
2) Model
ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan
keterampilan yang sangat diproritaskan.
3) Model
ini menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam
perencanaan maupun pelaksanaan.
2. Implementasi
Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Dalam
menyusun model pembelajaran terpadu maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar berikut butir-butir indikator
pencapain hasil belajaran dari setiap mata pelajaran yang memiliki kesamaan
topik sehingga bisa dipadukan. Setelah itu kita menyusun silabus denagn
langkah-langkah: (1) menyusun sendiri butir-butir pembelajran apa saja yang
dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematik tertentu, (2) menetapkan
kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator pembelajarannya, (3)
mengidentifikasi keselarasan hubungan KD denga dan butir-butir indikator hasil
belajar dari antar topik pembelajaran, (4) menentukan tema dan teks yang akan dijadikan
payung dan lantas-tumpu (springboard)
pembelajaran, (5) menentuakn skenario pembelajaran berikut evaluasinya.
Bentuk
implementasi pembelajaran terpadu dengan bertolak dari tema pada dasarnya
dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan pengajaran proyek atau pengajarn unit.
Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan belajar siswa berkisar pada satu tema yang
ditetapkan bersama oleh siswa dalam kelas bersama guru. Luas sempitnya cakupan
konseptual satu tema akan berpengaruh pada seluruh kegiatan belajar mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai pada kulminasi. Kegiatan pembelajarannya dapat
berlangsung dalam waktu antara 1 dan 2 minggu. Untuk kebutuhan pembelajaran
harian, berdasarkan silabus tersebut guru dapat menyusun satuan perencanaan
pembelajara harian. Agar dapat melaksanakan proses pembelajaran terpadu
sebagimana dipaparkan diatas, mka guru harus menyusun skenario pembelajaran
dalam bentuk silabus.
Dalam
penyajian silabus, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya.
Silabus harus mudah dibaca dan dipahami baik oleh guru yang mengembangkannya
maupun oleh guru lain yang ada kemungkinan akan menggunakan silabus tersebut.
Berikut
akan dipaparkan contoh silabus pembelajaran terpadu mata pelajaran Sains,
Bahasa Indonesia, Matematika, dan Kertakes. Berikut ini dipaparkan aspek,
kompetensi dasar, hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi
pokok dari setiap mata pelajaran yang diwajibkan kurikulum sekolah dasar kelas
II dari keempat mata pelajaran di atas untuk alokasi waktu 8 jam pelajaran.
Model pembelajaran terpadu yang dipakai adalah model temaik atau model jaring
laba-laba (webber). Secara
berturut-turut akan dipaparkan model jaring keterkaitan konsep dalam empat mata
pelajaran, silabus, dan satuan pembelajaran terpadu yang semuanya sudah
dilengkapi dengan rancangan evaluasinya.
3. Model
Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Pada
saat merancang pembelajaran terpadu, pemahaman komponen-komponen yang terdapat
dalam GBPP sangat diperlukan. Dengan pemahan tersebut, kita dapat (1) menyusun
butir-butir pembelajaran apa saja yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit
tematis tertentu. (2) menetapkan kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator
pembelajarannya, (3) mengidentifikasi keselarasan hubungan KD dengan
butir-butir indikator hasil belajar dari antartopik peembelajaran, (4)
menentukan tema dan teks yang akan dijadikan payung dan springboard
(landas-tumpu) pembelajaran, dan dapat (5) menentukan aktivitas pembelajarannya.
Komponen-komponen
di atas disajikan dalam bentuk silabus pembelajaran yang disusun dengan
memperhatikan aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen dan kepraktisan
penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya
maupun guru lain yang akan menggunakannya. Dalam prosesnya, penyelenggaraan
pembelajaran terpadu dlakanakan mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan
kulminasi.
Pelaksanaan
pembelajaran terpadu dapat dimulai dari mata pelajaran bahasa indonesia,
pengetahuan sosial, sains, atau mata pelajaran lainnya meskipun demikian, dari
mata pelajaran apa pun guru memulai pembelajaran, prosedur pelaksanaan
pembelajaran terpadu tetap dilaksanakan dengan memadukan konsep-konsep dalam
mata pelajaran tersebut yang dipadukan dengan konsep-konsep pada mata pelajaran
lain dengan tetap mengacu ada tema pemersatu yang sudah ditetapkan sebelumnya
beersama-sama siswa.
Pada
kegiatan beajar 1 anda sudah memahami dan berlatih menyusun silabus
pembelajaran terpadu dengan menggunakan model webbed dan menggunakan tema benda
langit dari mata pelajaran sains. Anda juga telah berlatih menyusun satuan
pembelajaran terpadu yang disusun berdasarkan silabus yang sama. Selanjutnya
pada kegiatan belajar 2 ini anda akan diajak untuk berlatih menyusun silabus
pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema ekonomi dari mata pelajaran
pengetahuan sosial sebagaimana dapat anda telaah berikut ini.
SILABUS
PEMBELAJARAN TERPADU
Tema : Ekonomi
Kelas/semester : V/1
Alokasi waktu : 8
jam
Pengetahuan sosial
Kompetensi dasar : Kemampuan
memahami kegiatan ekonomi di indonesia
Hasil belajar : Menguraikan jenis-jenis usaha dalam bidang ekonomi
Indikator hasil belajar : Menyebutkan jenis usaha perekonomian dalam
masyarakat
Memberikan
contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok
Memberikan
contoh cara menghargai kegiatan setiap orang dalam berusaha
Bahasa indonesia
Kompetensi dasar :
Mendegarkan : Mendengarkan penjelasan dari nara sumber dan memberikan tanggapan
Berbicara : Berwawancara
dengan nara sumber
Melorkan hasil wawancara
Menulis : Menulis
laporan
Kebahasaan : Menerapkan kaidah dalam kalimat
Hasil belajar
Mendengarkan : Mampu mendengarkan
dan memahami isi/infomasi pembicaraan dari nara sumber
Berbicara : Mampu
melakukan wawancara dengan nara sumber
Mampu melaporkan
Menulis : Menulis laporan melalui tahapan yang benar
Kebahasaan : Menggunakan kata tanya dalam kalimat
Indikator Hasil Belajar
Mendengarkan : Siswa dapat
memahami dan mengidentifikasi serta mencatat butir-butir pokok atau penting dan
hasil wawancara dengan narasumber.
Berbicara : Siswa
dapat membuat daftar pertanyaan, melakukan kegiatan bertanya dengan menggunakan
bahasa yang sesuai dengan konteks dan santun berbahasa untuk menggali informasi
secara mendalam.
Siswa
dapat menjelaskan hasil wawancara beserta informasi penting yang diperoleh
dengan menggunakan kalimat yang efektif.
Menulis : Menulis
laporan berdasarkan tahapan (dari catatan ke konsep awal).
Memperbaiki
tulisan berdasarkan masukan dari teman atau guru menjadi tulisan yang baik.
Kebahasaan : Siswa
mampu menggunakan kata tanya dalam kalimat dengan tepat.
Matematika
Kompetensi Dasar : Melakukan
operasi hitung bilangan bulat dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Hasil Belajar : Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat.
Indikator Hasil Belajar : - Membaca dan menulis bilangan bulat dalam
kata-kata dan angka.
- Melakukan
operasi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat
- Melakukan
operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat positif.
- Melakukan
operasi hitung campur dengan bilangan bulat.
- Memecahkan
masalah sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat.
Langkah
Pembelajaran
Secara umum,
langkah pembelajaran yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut.
1. Siswa
bersama guru curah pendapat untuk menetapkan tema/topik pembelajaran.
2. Siswa
bersama guru menetapkan aktivitas dan tugas belajar yang akan dilakukan.
3. Siswa
ditugasi melakukan wawancara dengan narasumber (para pedagang) yang ada di
sekitar sekolah atau di sekitar lingkungan rumah.
4. Siswa
dibimbing untuk membuat bahan wawancara berupa daftar pertanyaan dengan topik
kegiatan ekonomi masyarakat pedagang dengan menggunakan kalimat yang tepat dan
bahasa yang sopan.
5. Siswa
diminta untuk mewawancarai dan mencatat butir-butir pokok/hal penting yang
mereka peroleh dalam peroses wawancara mulai dari jenis usaha dagang sampai
penghasilan yang diperoleh para nara sumber dengan melakukan penghitungan yang
tepat.
6. Siswa
diminta untuk menyusun laporan hasil wawancara dan melaporkan informasi hasil
wawancara secara lisan di depan kelas.
7. Siswa
diminta mendengarkan pembacaan laporan hasil wawancara temannya dan memberi
tanggapan, saran dan masukan untuk perbaikan laporan.
Bila guru akan
menyusun satuan pembelajaran berdasarkan silabus diatas, maka kemungkinan
pembelajaran akan dilakukan dalam beberapa pertemuan seperti terlihat dalam
paparan berikut.
Langkah
Pembelajaran
a. Pertemuan
pertama
1. Siswa
bersama guru menetapkan aktivitas dan tugas belajar yang akan dilakukan.
2. Siswa
dan guru curah pendapat untuk menetapkan tema/topik pembelajaran.
3. Siswa
ditugasi melakukan wawancara dengan seseorang nara sumber yang ada disekitar
sekolah (pedagang).
4. Siswa
dibimbing untuk membuat bahan wawancara berupa daftar pertanyaan dengan
menggunakan kalimat yang tepat dan bahasa yang sopan.
b. Penugasaan
Siswa diminta untuk mewawancarai
dan mencatat butir-butir pokok/hal penting yang mereka peroleh dalam proses
wawancara (kegiatan belajar bisa dilakukan di luar kelas). Kegiatan ini bila
dilakukan dilingkungan sekitar sekolah maka dapat dilaksanakan dalam satu
pertemuan (pertemuan kedua).
c. Pertemuan
Ketiga
1. Siswa
diminta untuk menyusun laporan hasil wawancara dan melaporkan informasi hasil
wawancara secara lisan didepan kelas.
2. Siswa
diminta mendengarkan pembacaan laporan hasil wawancara temannya dan memberi
tanggapan, saran dan masukan untuk perbaikan laporan.
Petunjuk guru : 1. Guru membimbing siswa
untuk melakukan kegiatan wawancara. Selanjutnya, tuntunlah siswa membuat daftar
pertanyaan wawancara, membuat laporan hasil wawancara. Lalu, laporan dibacakan
didepan kelas oleh siswa satu persatu. 2. Guru menyajikan contoh surat pribadi.
Berdasarkan contoh itu guru menjelaskan pengertian dan ciri-ciri surat pribadi,
kemudian membimbing siswa menyusun surat pribadi.
Alat, bahan, dan sumber belajar
Nara sumber : petani/pemilik apotik hidup
Contoh surat pribadi beserta
bagian-bagian surat
Buku paket atau buku teks bahasa
indonesia
Penilaian hasil pembelajaran
1.
Penilaian proses melalui kegiatan
pengamatan saat siswa melakukan kegiatan wawacara.
2.
Penilaian hasil penguasaan materi melalaui kegiatan tanya jawab tentang
kegiatan yang baru saja dilakukan siswa disesuaikan dengan indikator yang akan
dicapai dalam pembeelajaran.
3.
Tes perbuatan :
-
Tes membuat susunan
-
Tes menyusun laporan
-
Tes menulis laporan
Dari susunan diatas,
bentuk keterpaduan antar mata pelajaran yang telah ditetapkan tampaknya masih
implisit. Agar dapat terlihat bentuk keterpaduannya,langkah-langkah setiap
kegiatan pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut. Kegiatan awal dilakukan
dengan mengarahkan siswa untuk mamu menyusun daftar pertanyaan yang akan
digunakan pada saat wawancara dilakukan.
Kompetensi
dasar
|
Menerapkan kaidah pembentukan kalimat
|
Materi
|
Menggunakan kata kata tanya dalam
kalimat
|
indikator
|
Menggunakan kata tanya apakah, berapa,
dan mengapa dalam kalimat agak kompleks dalam penyusunan daftar tanyaan
wawancara
|
Kompetensi dasar
|
Berwawancara
|
Materi
|
Sumber-sumber informasi di ingkungan
sekitar siswa (para pelaku ekonomi/pedagng)
|
Indikator
|
Mampu menyusun sutu daftar pertanyaan
dan meminta mereka menggunakan bahasa yang layak pada konteks dan sopan agar
dapat memperoleh informasi yang mendalam.
|
Berkaitan dengan dua
indikator mata pelajaran bahasa indonesia di atas. Dalam pelaksanaannya gru
dapat menghubungkan topik-topik pertanyaan yang harus disusun siswa dengan isi
pelajaran yang berkaitan dengan tiga indikator yang terdapat dalam mata
pelajaran pengetahuan sosial dan dua indikator terakhir dalam mata pelajaran
matematika sebagaimana diuraikan diatas. Keterpaduan yangtampak pada paparan di
atas terjalin dengan menggunakan tema pemersatu yait ekonomi.
Berdasarkan data materi
pokok dalam silabus, maka kegiatan pembelajaran untuk mencapai
kompetensi-kompetensi lainnya dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan pada
pertemuan-pertemuan berikutnya dengan tema yang sama dengan susunan satuan
pembelajaran yang berbeda, tetapi masih dari silabus yang sama.
Kompetensi-kompetensi tersebut adaah sebagai berikut.
Kompetensi dasar
|
Mendengarkan dan memahami pembicaraan
nara sumber
|
Materi
|
Pembicaraan dengan nara sumber (para
pelaku kegiatan ekonomi )
|
Indikator
|
Mengidentifikasi dan mencatat
butir-butr/pkok/hal penting dari hasil wawancara (hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan ekonomi)
|
Kompetensi
dasar
|
Menulis laporan
|
Materi
|
Laporan hasil wawancara
|
Indikator
|
Mampu menulis laporan hasil wawancara
|
Kompetensi dasar
|
Melaporkan
|
Mater
|
Hasil wawancara
|
Indikator
|
Mampu mengungkapkan hasil-hasil
wawancara bersama-sama dengan informasi penting yang diperoleh dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang dipahami.
|
Untuk menccapai
kompetensi-kompetensi di atas,guru dapat menugaskan siswa mewawancarai
seseorang yakni nara sumber (pedagang) yang ada di sekitar sekolah atau yang
bisa ditemui di sekitar lingkungan rumah siswa penugasan ini dapat dilakukan
dengan pelaksanaan kegiatan belajar pada pertemuan berikutnya dengan kegiatan
pembelajaran yag tetap terpadu dengan dua mata pelajaran lainnya dan disusun
dalam satu satuan peencanaaan pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa dapat
diminta untk mengolah informasi-informasi yang mereka peroleh dalam pross
wawancara dan melaporkan hasilnya secara lisan.In formasi-informasi yang akan
mereka peroleh ini juga akan melibatkan kompetensi-komptensi dari mata
pelajaran lainnya. Misalnya siswa akan melakukan operasi hitung capuran dengan
bilangan bulat pada saat menghitung penghasilan per hari, per minggu atau
penghasilan para pedagang selama satu bulan. Siswa juga akanemiliki pemahaman
entang kegiatan ekonomi usaha kecil masyarakat (pedagang).
Dari contoh silabus
diatas dapat disimpulkan bahwa seandainya anda ingin menyusun rancangan
pembelajaran terpadu, maka dalam penyusunan perencanaan pembelajaran harus
ditetapkan mata pelajaran apa saja yang memiliki kemungkinan untuk dipadukan.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemetaan kompetensi dasar, hasil belajar
berikut indikator dari setiap mata pelajaran. Dalam menyusun perencanaan, perlu
dilakukan hal-hal sepert berikut:
1.
Membangun satuan-satuan terpadu.
2.
Mengenali dan membuat pemetaan tema atau
topik.
3.
Mengenali mata pelajaran yang akan
diintegrasikan (lintas bidang studi).
4.
Mengenali aspek yang akan dimasukan
(interdisipliner)
5.
Mengenali kompetensi yang relevan.
Perencanaan
dapat dimulai dengan menetapkan kompetensi dasar seperti berikut.
![]()
Tema
|
Bahasa
Indonesia
|
Matematika
|
IPA
|
Pengetahuan
Soaial
|
Bantuan
|
Membaca
Intensif
Deskripsi
Benda
Berdasarkan
ciri-cirinya
|
Pengukuran
dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
|
Benda
padat, cair dan gas serta perubahan wujudnya (batuan)
|
Kenampakan
alam dan keragaman lingkungan
Peninggalan
sejarah
|
Serta
disusun oleh pemetaan jaringan topik antar mata pelajaran secara lengkap yang
memuat hasil belajar berikut indikatornya sebagaiman terlihat dalam bagan
berikut. Bila jaringan topik sudah dibuat, maka selanjutnya harus ditetapkan
aktivitas dan tugas belajar siswa yang diprediksikan dapat mengembangkan
pemahaman konsep serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Perlu
diingat bahwa penetapan dan perencanaan aktivitas dan tugas belajar siswa harus
menampakan keterpaduan konsep yang terdapat dalam mata pelajaran – mata
pelajaran tersebut.
JARINGAN
KETERKAITAN TOPIK LINTAS MATA PELAJARAN
|
|||
![]() |
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam
intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu,
siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada
pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka
pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep
dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Model-model pembelajaran terpadu menurut seorang
ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model, yaitu:
Model fragmented, Model Connected, Model Nested, Model Squenced, Model Shared,
Model Webbed, Model Threaded, Model Integrated, Model Immersed, dan Model
Networkted.
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak
topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep
yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang
sesuai dalam membimbing pembelajaran.
B. Saran
Dari
isi makalah ini semoga pembaca dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang pembelajaran
terpadu khusus di sekolah dasar. Dan dari makalah ini diharapkan para pendidik dituntut
harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan cepat,
dan harus pandai memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.
[1]
www.m-edukasi.web.id/2014/08/konsep-pembelajaran-terpadu.html?m=1
[2]
https://isnaesturita.wordpress.com/2013/02/27/pembelajaran-terpadu/
[3]
https://ndanbeibeck.wordpress.com/2012/03/01/keunggulan-dan kelemahan-pembelajaran-terpadu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar