Selasa, 09 Juni 2015

Pembelajaran Terpadu



KUMPULAN MATERI
PEMBELAJARAN TERPADU KHUSUS SEKOLAH DASAR
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas UTS
Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu Khusus SD
Dosen Pengampu: Agatha Kristi Pramudika Sari, M.Pd




Disusun oleh : 
Putri Sonia Dwi Lestari  
NIM.  126223074 
Semester 6 
Konsentrasi Matematika
        

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
2015
 



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan tepat. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa definisi pembelajaran terpadu?
2.    Apa saja model-model pembelajaran terpadu?
3.    Bagaimana pengembangan model pembelajaran terpadu di Indonesia?
4.    Bagaimana penyusunan rencana pembelajaran terpadu?
5.    Bagaimana implementasi pembelajaran terpadu di sekolah dasar?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah ‘Pembelajaran Terpadu Khusus SD’.
2.    Mengetahui konsep dasar pembelajaran terpadu.
3.    Mengetahui dan memahami model-model pembelajaran terpadu.
4.    Mengetahui pengembangan model pembelajaran terpadu di Indonesia.
5.    Memahami penyusunan rencana pembelajaran terpadu.
6.    Mengetahui implementasi pembelajaran terpadu di Indonesia.
7.    Sebagai bekal menjadi seorang guru yang professional dengan memahami dan menguasai pembelajaran terpadu yang sesuai digunakan di SD.

D.      Manfaat Penulisan
1.    Bagi penyusun makalah ini bermanfaat sebagai bukti fisik telah melaksanakan tugas Mata Kuliah ‘Pembelajaran Terpadu Khusus SD’.
2.    Bagi penyusun makalah ini bermanfaat sebagai sarana untuk menambah pengetahuan tentang pembelajaran terpadu.
 


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Konsep Dasar Pembelajaran Terpadu
1.    Pengertian Dasar Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran Terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, peserta didik akan memeperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.
Makna pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan bebverapa mata pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuan peserta didik secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif peserta didik dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat pengalaman langsung dalam proses belajaranya, hal ini dapat menambah daya kemampuan peserta didik semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu: berpusat pada peserta didik (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung. Di samping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topic-topik yang tertuang di setiap mata pelajaran yang mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh peserta didik.[1]

 2.    Prinsip Dasar Pembelajaran Terpadu
a.    Prinsip Penggalian Tema
1)   Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi.
2)   Tema harus bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya.
3)   Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak.
4)   Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak.
5)   Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
6)   Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar.
7)   Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b.    Prinsip Pelaksanaan Terpadu
1)   Guru hendaknya jangan menjadi ‘single actor’ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
2)   Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3)   Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
c.    Prinsip Evaluatif
1)   Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
2)   Guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.
d.   Prinsip Reaksi
Dampak pengiring yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua ‘event’ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.[2]

3.    Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
a.    Keunggulan
1)   Mendorong guru untuk mengembangkan kreatifitas. Sehingga guru dituntut untuk memiliki wawasan, pemahaman dan kreatifitas tinggi Karena ada tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu pokok bahasan (substansi) dengan pokok bahasan lain dari berbagai mata pelajaran. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan material maupun metodologi suatu pokok bahasan.
2)   Memberikan peluang bagi guru untuk mengambangkan situasi pelajaran yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan keinginan dan kemampuan guru maupun kebutuhan dan kesiapan siswa. Dalam kaitan ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang terjadinya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema atau pokok bahasan yang disampaikan.
3)   Mempermudah dan memotifasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa pokok bahasan atau bidang studi. Dengan mempergunakan model pembelajaran terpadu, secara psikologis siswa digiring berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, siswa akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh dan menyelurug, sistematik, dan analitik.
4)   Menghemat waktu, tenaga dan sarana, serta biaya pembelajaran, di samping menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena proses pemaduan atau penyatuan sejumlah unsur tujuan, materi, maupun langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
Dari sumber lain yang kami peroleh pembelajaran terpadu meiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut:
1)   Pengalaman dan kegiatan peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2)   Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
3)   Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4)   Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta didik.
5)   Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan atau lingkungan nyata peserta didik.
6)   Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik atau guru dengan narasumber, sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
b.    Kelemahan
1)   Dilihat dari aspek guru, model ini menuntut tersedianya peran guru yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, kreatifitas tinggi, keterampilan metodologi yang handal, kepercayaan diri dan etos akademi yang tinggi dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi. Akibat akademiknya, guru dituntut untuk terus menggali informasi atau pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, salah satu strateginya harus membaca literature (buku) secara mendalam. Tanpa adanya keadaan seperti diatas, model pembelajaran terpadu sulit diwujudkan.
2)   Dilihat dari aspek siswa, pembelajaran terpadu termasuk memiliki peluang untuk pengembangan kreatifitas akademi, yang menuntut kemampuan belajar siswa yang relative “baik”, baik dalam aspek intelegensi maupun kreatifitasnya. Hal tersebut terjadi karena model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik atau menjiwai, kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), dan kemampuan eksploratif dan elaborative (menemukan dan menggali). Bila kondisi di atas tidak termiliki, maka sangat sulit pembelajaran model tersebut diterapkan.
3)   Dilihat dari aspek sarana atau sumber pembelajaran, pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banayak dan berguna, seperti yang dapat menunjang dan memperkaya serta mempermudah mengembangan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan. Dengan demikian, jika pembelajaran terpadu ini hendak dikembangkan, maka tidak bias dipenuhi agaknya sulit untuk menerapkan pembelajaran tersebut.
4)   Dilihat dari aspek kurukulum, pembelajaran terpadu memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya kurikulum harus bersifat luwes, dalam arti kurikulum yang berorentasi pada pencapaian pemahaman siswa terhadap materi (bukan berorientasi pada penyampaian target materi), kurikulum yang memberikan kewenangan sepenuhnya pada guru untuk mengembangkannya baik dalam materi, metode maupun penilaian dan pengukuran keberhasilan pembelajarannya.
5)   Dilihat dari system penilaian dan pengukurannya, pembelajaran tersebut membutuhkan system penilaian dan pengukuran (objek, indicator, dan prodedur) yang terpadu dalam arti system yang berusaha menetapkan keberhasilan siswa belajar dilihat dari beberapa pelajaran yang terkait, atau dengan kata lain, hasil belajar siswa merupakan pengumpulan dan panduan penguasaan dari berbagai materi yang disatukan atau digabung. Dalam kaitan ini, guru di samping mampu menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang terpadu juga dituntuk melakukan koordinasi dengan guru lain, bila ternyata materi tersebut diajarkan dalam beberapa mata pelajaran oleh guru yang berbeda. Ketiadaan system evaluasi dan pengukuran seperti itu, kemungkinan sekali penilaian tidak bisa dilakukan secara abash dan terpercaya dengan tujuan yang diterapkan.
6)   Dilihat dari suasana dan penekanan proses pembelajaran, pembelajaran terpadu berkecenderungan mengakibatkan “tenggelamnya” pengutamaan salah satu atau lebih mata pelajaran. Dengan kata lain, ketika seorang guru mengajarkan sebuah tema atau pokok bahasan maka guru tersebut berkecenderungan lebih mengutamakan, menekankan atau mengintensifkan substansi gabungan tersebut sesuai pemahaman, selera dan subjektifitas guru itu sendiri. Secara kurikuler akan terjadi pendominasian terhadap materi tertentu, serta sebaliknya sekaligus terjadi proses pengabaian terhadap materi mata pelajaran lain yang dipadukan. Menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya pembelajaran.[3]

B.       Model-model Pembelajaran Terpadu
Model yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model yang disesuaikan oleh kondisi dan situasi saat itu. Semua model akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan cocok dengan kondisi saat itu. Semua model itu adalah baik untuk pembelajaran.
Di tinjau dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model dalam merencanakan pembelajaran terpadu, yaitu: Model fragmented, Model Connected, Model Nested, Model Squenced, Model Shared, Model Webbed, Model Threaded, Model Integrated, Model Immersed, dan Model Networkted.
Menurut Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model tersebut, ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar). Ketiga model itu adalah the connected model (model terhubung), the webbed model (model jaring laba-laba), dan the integrated model (model integrasi).  Selain itu juga, hanya 3 model tersebut yang digunakan pada kurikulum PGSD.
Secara garis besar kesepuluh model tersebut dijelaskan pada uraian berikut:
1.    Model Fragmented
The Fragmented Model (model fragmen) yaitu model pembelajaran konvensional yang terpisah secara mata pelajaran atau model tradisional yang memisahkan secara diskrit masing-masing mata pelajaran. Keterpaduan model ini harus tercapai ketika satu satuan waktu telah ditempuh, misalnya pada satu catur wulan. Keterpaduan pada model fragmented terjadi jika siswa telah menyelesaikan seluruh runtutan kajian atau materi pelajaran yang pada akhirnya seluruh satuan-satuan konsep itu mencapai keutuhan, baik konsep, pemahaman suatu kajian, keterampilan dan nilai.
Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.
Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).  Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.
Menurut Padmono dalam bukunya Pembelajaran Terpadu melalui Kurikulum Terpadu dalam Satu Disiplin Ilmu, mengatakan bahwa pembelajaran terpadu melalui kurikulum terpadu fragmented terjadi jika seorang guru memiliki keinginan agar siswa setelah menempuh pembelajaran satu kurun waktu tertentu memiliki kemampuan atau kecakapan tertentu.
a.    Keuntungan pembelajaran model ini adalah
1)   Siswa menguasai secara penuh satu kemampuan tertentu untuk tiap mata pelajaran, ia ahli dan terampil dalam bidang tertentu.
2)   Guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.

b.    Kekurangannya adalah:
1)   Ia belajar hanya pada tempat dan sumber belajar dan kurang mampu membuat hubungan atau integrasi dengan konsep sejenis.
2)   Siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
2.    Model Connected
The Connected Model (Model Terhubung), yaitu dalam setiap mata pelajaran berisi konten yang berkaitan antara topik dengan topik dan konsep dengan konsep dalam satu mata pelajaran. Model ini penekanannya terletak pada perlu adanya integrasi inter bidang studi itu sendiri.
Fogarti (1991) menyatakan bahwa di dalam mata pelajaran terdapat isi mata pelajaran yang dikaitkan, misalnya topik dengan topik, konsep dengan konsep, dan ide-ide yang berhubungan. Kaitan dapat diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif. Dalam model connected ini secara sengaja menghubungkan kurikulum di dalam mata pelajaran melebihi dari apa yang diasumsi siswa-siswa yang akan memahami hubungan secara otomatis.
a.    Keuntungan yang diperoleh dalam model connected antara lain sebagai berikut:
1)   Adanya hubungan antar ide-ide dalam satu mata pelajaran, anak akan memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap dan memudahkan proses transfer ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
2)   Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa terus-menerus sehingga terjadi internalisasi.
b.    Adapun kekurangan dalam model ini antara lain sebagi berikut:
1)   Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran lain.
2)   Guru tidak didorong untuk kerja secara bersama-sama di dalam model ini sehingga pelajaran tetap terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep dan ide-ide antar bidang studi.
3.    Model Nested
The Nested Model (Model Tersarang) yaitu model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada  kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.
Contoh pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.
a.    Keunggulan model ini yaitu
1)   Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran,
2)   Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu dan guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
3)   Kemampuan siswa juga lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi.
4)   Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.
b.    Kekurangannya model ini adalah
1)   Apabila tanpa perencanaan yang matang memadukan beberapa keterampilan yang menjadi target dalam suatu pembelajaran akan berdampak pada siswa dimana prioritas pelajaran menjadi kabur.
2)   Dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.
4.    Model Sequenced
The Sequenced Model (Model Terurut) yaitu model pembelajaran dimana saat guru mengajarkan suatu mata pelajaran guru dapat menyusun kembali topik mata pelajaran lain dalam urutan pengajaran itu dalam topik yang sama atau relevan.
Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.
a.    Kelebihan model ini yaitu
1)   Menyusun kembali urutan topik, bagian dari unit, guru dapat mengutamakan prioritas kurikulum daripada hanya mengikuti urutan yang dibuat penulis dalam buku teks.
2)   Membantu siswa memahami isi pembelajaran dengan lebih kuat dan bermakna.
b.    Kekurangannya model ini yaitu
1)   Diperlukkan kolaborasi berkelanjutan dan fleksibilitas semua orang yang terlibat dalam content area dalam mengurutkan sesuai peristiwa terkini.
2)   Perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang satu dengan konsep yang lainnya.
5.    Model Shared
The Shared Model (Model Terbagi) yaitu suatu model pembelajaran terpadu dimana pengembangan disiplin ilmu yang memayungi kurikulum silang.
Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja. 
Misalnya Matematika dan IPA disejajarkan sebagai ilmu pengetahuan.
a.    Kelebihan model ini yaitu
1)   Lebih mudah dalam menggunakannya sebagai langkah awal maju secara penuh menuju model terpadu yang mencakup empat disiplin ilmu, dengan menggabungkan disiplin ilmu serupa yang saling tumpang tindih akan memungkinkan mempelajari konsep yang lebih dalam.
2)   Dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.
b.    Kekurangan model ini  yaitu
1)   Model integrasi antar dua disiplin ilmu memerlukan komitmen pasangan untuk bekerjasama dalam fase awal, untuk menemukan konsep kurikula yang tumpang tindih secara nyata diperlukan dialog dan percakapan yang mendalam.
2)   Menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.
6.    Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model yang paling populer adalah model webbed. Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran. Kelebihan pendekatan jaring laba-laba untuk mengintegrasikan kurikulum adalah faktor motivasi sebagai hasil bentuk seleksi tema yang menarik perhatian paling besar, faktor motivasi siswa juga dapat berkembang karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa. Kekurangan model ini adalah banyak guru sulit memilih tema. Mereka cenderung menyediakan tema yang dangkal sehingga kurang bermanfaat bagi siswa,dan guru seringkali terfokus pada kegiatan sehingga materi atau konsep menjadi terabaikan. Langkah untuk membuat rancangan pembelajaran terpadu dengan model jaring laba-laba yaitu:
a.    Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
b.    Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jaring tema.
c.    Mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan subtema.
d.   Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
e.    Menyusun Rencana Kegiatan Mingguan.
f.       Menyusun Rencana Kegiatan Harian.
7.    Model Galur/ benang(Threaded)
Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya, melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadiankejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya. Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang diesbut meta-curriculum. Kelebihan dari model ini antara lain: konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif; materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni, dan siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan datang sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Kekurangan yaitu hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran terpadu model Threaded yakni :
a.    Menetapkan keterampilan yang diuntaikan dalam pembelajaran ketrampilan.
b.    Memilih mata pelajaran yang cocok untuk dipadukan dengan model ini.
c.    Mencocokkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dapat diuntaikan.
d.   Merumuskan indikator pembelajaran secara terpadu.
e.    Menetapkan ketrampilan berpikir yang akan diuntaikan.


8.    Model Keterpaduan (Integrated)
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahuan Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut.
Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD. Kelebihan dari model ini yaitu siswa saling mengaitkan, saling menghubungkan diantara macam-macam bagian dari mata pelajaran. Keterpaduan secara sukses diimplementasikan, pendekatan belajar yang lingkungan belajar yang ideal untuk hari terpadu (integrated day) secara eksternal dan untuk keterpaduan belajar untuk fokus internal. Selain itu model ini juga mendorong motivasi murid. Kekurangan yaitu model ini sulit dilaksanakan secara penuh; membutuhkan keterampilan tinggi,percaya diri dalam prioritas konsep, keterampilan dan sikap yang menembus secara urut dari mata pelajaran; dan membutuhkan model tim ahli pada bidang dan merencanakan dan mengajar bersama. Adapun langkah dan tahapan dalam pembelajaran terpadu model integrated, yaitu:
a.    Langkah guru merancang program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara curah pendapat (brain stroming).
b.    Tahap pelaksanaan melakukan kegiatan:
1)   Proses pengumpulan informasi
2)   Pengelolaan informasi dengan cara analisis komparasi dan sintesis
3)   Penyusunan laporan dapat dilakukan dengan cara verbal,gravisi, victorial, audio, gerak, dan model.
c.    Tahap kulmunasi dilakukan dengan:
1)   Penyajian laporan (tertulis, oral, unjuk kerja, produk)
2)   Penilaian meliputi proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal dengan tekanan pada penilaian produk. Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, yaitu dengan cara menggabungakan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi.

9.    Model Celupan/Terbenam (Immersed)
Model immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Kelebihan dari model ini adalah setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dapat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Kekurangan dari model ini adalah siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan untuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe immersed mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Prabowo 2006; 4) Menurut Hadisubroto (2000; 2), dalam merancang pembelajaran terpadu setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
a.    menentukan tujuan,
b.    menentukan materi/media,
c.    menyusun scenario KBM, dan
d.   menentukan evaluasi.
10.     Model Jaringan (Networked)
 Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Kelebihan dari model ini adalah siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sasarannya. Kekurangannya adalah kemungkinan motivasi siswa akan berubah kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber. (sumber: Robin Fogarty. 1991. How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing).
Adapun langkah-langkah Model Pembelajaran Networked adalah sebagai berikut:
a.    Guru menjelaskan teknik menulis naskah pidato,
b.    Guru menjelaskan cara mencari informasi tentang menulis naskah pidato dengan menggunakan jaringan baik itu dari media elektronik ataupun media masa.
c.    Guru memberikan contoh naskah pidato yang bersumber dari jaringan media elektronik ataupun media masa,
d.   Guru membagi kelompok siswa yang beranggotan 4-5 orang.
e.    Siswa melakukan jaringan kerja sama dengan setiap kelompok untuk menulis naskah pidato yang bersumber dari padangan mata yang disekitarnya ataupun dari jaringan media elektronik dan media masa,
f.     Siswa mempresentasikan hasil diskusi setiap kelompok, 7) Guru membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan

C.      Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu di Indonesia
1.    Jenis Pengembangan Model Pembelajaran Terpadu Di Indonesia
Model pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistic bermakna dan otentik. Karakteristik model pembelajaran terpadu adalah holistic, bermakna, otenstik, dan aktif.
Berdasarkan hasil kajian, model-model pembelajaran terpadu yang ada tidak semuanya tepat diterapkan di Indonesia. Terdapat dua model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau tepat diterapkan, yaitu model yang mengintegrasikan model jarring laba-laba (webbed) dengan model keterhubungan (connected).
a.    Model Webbed
Model ini sangat tepat diterapkan di sekolah dasar karena pada umumnya siswa pada tahap ini masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangkan mental, social, dan emosional, terutama di kelas-kelas awal sekolah dasar (kelas I dan II). Disamping itu, model ini juga dapat diterapkan di sekolah menengah pertama terutama pada pelajaran yang sudah berfusi (broadfield), seperti Pengetahuan Alam (Biologi, Fisika, Kimia) dan Pengetahuam Sosial (Geografi, Sejarah, Ekonomi).
Seperti yang telah dijelaskan dalam BBM 2 tentang jenis-jenis pembelajaran terpadu, model webbed merupakan model yang dipergunakan untuk mengajarkan tema tertentu yang berkecenderungan dapat disampaikan melalui beberapa bidang studi lain. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam matapelajaran tertentu maupun lintas matapelajaran.
Penetapan tema dilakukan dengan dua cara. Pertama, tema ditentukan terlebih dahulu yaitu dari lingkungan yang terdekat dengan siswa, dimulai dari hal yang termudah menuju yang sulit, dari hal yang sederhana menuju yang kompleks, dan dari hal yang yang kongkret menuju ke hal yang abstrak. Cara ini dilakukan untuk kelas-kelas awal SD/MI (kelas I dan II). Tema-tema yang dikembangkan seperti: diri sendiri, keluarga, masyarakat, pekerjaan, serta tumbuhan dan hewan. Setelah tema ditentukan kemudian dilakukan pemetaan kompetensi dasar dan indikator yang diperkirakan relevan dengan tema-tema tersebut. Kedua, tema ditentukan setelah mempelajari kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam masing-masing matapelajaran. Penetapan tema dapat dilakukan dengan melihat kemungkinan materi pelajaran yang dianggap dapat mempersatukan beberapa kompetensi dasar pada beberapa matapelajaran yang akan dipadukan. Cara ini dilakukan untuk jenjang SD/MI kelas tinggi (kelas III sampai dengan VI) serta SMP/MTS pada matapelajaran Pengetahuan Sosial dan Pengetahuan Alam.
b.    Model Connected
Model keterhubungan digunakan secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topic dengan topic lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-yugas yang dilakukan di hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran maupun antar matapelajaran (interdisiplin). Model ini digunakan dalam mengembangkan pembelajaran terpadu pada satuan pendidikan SMP/MTS untuk keterpaduan antar matapelajaran selain Pengetahuan Alam dan Pengetahuan Sosial, dan SMA/MA untuk semua matapelajaran yang memungkinkan kompetensi dasarnya dapat dipadukan.
Perhatian utama penerapan model ini yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi dasar dan indikator yang dipetakan pada setiap matapelajaran yang akan dipadukan/dikaitkan dalam matapelajaran. Kegiatan pemetaan kompetensi dasar ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh mengenai kompetensi dasar dan indikator pada setiap matapelajaran yang diindikasikan dapat dipadukan.
Pada tingkat sekolah dasar, pemetaan kompetensi dasar ini tidak terlau mengalami kesulitan sebab masih menerapkan system guru kelas di mana semua matapelajaran diajarkan oleh satu orang guru (guru kelas). Dalam hal ini, guru SD/MI dengan mudah dan lebih cepat dapat mengaitkan satu kompetensi dasar dengan kompetensi dasar lainnya pada matapelajaran yang berbeda dibandingkan dengan guru SMP/MTS dan SMA/MA yan g menerapkan system guru matapelajaran.
c.    Teknik Penyusunan Pembelajaran Terpadu
Dalam penyusunan pembelajaran perlu memperhatikan kopetensi dasar yang akan di jabarkan.untuk mntuk mengetahui keluasan atau kedalaman cakupan kemampuan dasar dapat di gunakan jaringan topic/konsep.kopetensi dasar yang terlalu luas/dalam cakupan materinya perlu di jabarkan menjadi lebih dari satu pembelajaran.Sedangkan kopetensi dasar yang tidak terlalu rumit mungkin dapat dijabarkan kedalam satu pembelajaran.
Beberapa cara yang disarankan dalam menjabarkan kopetensi dasar menjadi langkah pembelajaran,antara lain:
1)   Pembelajaran disusun berdasarkan atas suatu tuntutan kompetensi secara utuh.
Cari ini dilakukan apabila Kopetensi Dasar yang akan di jabarkan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya.Sehingga memungkinkan untuk menguraikannya dalam suatu unit pembelajaran.
2)   Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih hasil belajar dalam Satu.
Apabila dalam salah satu Hasil  Belajar keluasan dan kedalaman materi pembelajarannya ternyata terlalu klompleks,maka dapat disusun suatu unit pembelajarannya.Atau seandainya memungkinkan dan Hasil Belajar yang tidak terlalu luas dan dalam tapi masih memiliki kaitan materi,maka dapat disusun ke dalam satu unit pembelajaran.
3)   Pembelajaran disusun berdasarkan atas satu atau lebih indicator dalam satu kompetensi.
Cara ini ditempuh dengan berpedoman kepada indikator hasil belajar.Kadang satu indikator membutuhkan banyak waktu dalam pembelajarannya.sehingga perlu dibuatkan dalam satu unit pembelajaran yang yang utuh.dapat pula terjadi beberapa indikator yang saling berkaitan dan tidak terlalu luas/dalam cakupan materinya dibuatkan dalam unit pembelajaran sekaligus.

2.    Model pembelajaran Terpadu Yang Dikembangkan
Sebagai sesuatu yang relatif baru dalam implemantasi kurikulum di Indonesia, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar harus didukung oleh kemampuan dan kesiapan guru yang optimal dan berbagai perangkat alat dan media yang memadai. Pelaksanaan model pembelajaran terpadu juga menuntut adanya kreativitas dan inovasi guru dalam pengembangan pembelajaran. Idealnya, model pembelajaran terpadu ini bertolak dan dikembangkan dari kurikulm yang sudah terpadu (integrated curriculum).
Penggunaan model pembelajaran yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan, seperti yang menjadi misi model pembelajaran terpadu memberikan prospek yang baik terhadap pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Model pembelajaran terpadu dapat mengembangkan wawasan dan aktivitas berpikir siswa melalui untaian tema/topik/pokok materi yang berisi pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang utuh/terpadu dan simultan. Selain penggunaan model ini dapat menciptakan situasi belajar dimana siswa mempelajari beberapa matapelajaran secara terpadu dalam satu tema. Keterpaduan tersebut akan membuat konsep atau keterampilan yang ada dalam mata pelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Model pembelajaran terpadu juga memberi peluang untuk membangun pengetahuan secara utuh dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
a.    Model Perencanaan Pembelajaran
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu dipengaruhi oleh seberapa jauh direncanakan sesuai kondisi dan potensi siswa (minat,kebutuhan,dan kemampuan). Kopetensi dasar dan indicator yang harus dikuasai siswa sudah tertulis dalam kurikulum per matapelajaran.oleh karena itu,dalam menyusun perencanaan pembelajaran terpadu perlu diawali dengan melakukan pemetaan kopetensi dasar dan indicator permatapelajaran perkelas yang dianggap dapat dipadukan satu sama lain.
Model perencanaan,dalam hal ini,mencangkup penyusunan silabus dan satuan pembelajaran.format yang digunakan disesuaikan dengan contoh yang dikembangkan oleh pusat Kurikulum.
b.    Model Pelaksanaan
Model pelaksanaan dalam hal ini mencakup pendekatan metode atau cara yang dapat digunakan termasuk pola pembelajaran yang dapat diterapkan dalam model pembelajaran terpadu yang dikemas dalam (1) kegiatan pendahuluan (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir/tindak lanjut.
1)   Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan (introduction) pada dasarnya merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu.fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.Efisiensi waktu dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran terpadu ini di perhatikan,karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut relative singkat berkisar antara 5-10 menit.Dengan waktu yang relative singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik,sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini diantaranya yaitu menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif,melaksanakan kegiatan apresiasi (apperception) dilakukan dengan cara : mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban siswa dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2)   Kegiatan Inti Pembelajaran
Kegiatan inti merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa (learning experiences). Pengalaman belajar tersebut bisa dalam bentuk kegiatan tatap muka dan non-tatap muka. Pengalaman belajar tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara guru dengan siswa, sedangkan pengalaman belajar non-tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi guru-siswa.
Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi di mana proses pembelajaran itu berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu. Kegiatan paling awal yang perlu dilakukan guru adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa beserta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari. Hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui semenjak awal kemampuan-kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kompetensi tersebut kepada siswa bisa dilakukan dengan cara tertulis atau lisan, atau kedua-duanya. Guru menuliskan tujuan/kompetensi tersebut di papan tulis dilanjutkan dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya tujuan/kompetensi tersebut dikuasai siswa.
Kegiatan lainnya di awal kegiatan inti pembelajaran terpadu yaitu menjelaskan alternative kegiatan belajar yang akan dialami siswa. Dalam thapan ini guru perlu menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan-kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema, topic, atau materi pembelajaran terpadu. Kegiatan belajar yang ditempuh siswa dalam pembelajaran terpadu lebih diutamakan pada terjadinya proses belajar yang berkadar aktivitas tinggi. Pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk belajar. Siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Sehingga prinsip-prinsip belajar dalam teori konstruktivis dapat dijalankan.
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan pembelajaran terpadu harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungkan konsep dari matapelajaran satu dengan konsep dari matapelajaran lainnya. Dalam hal ini, guru harus berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru. Kegiatan pembelajaran terpadu bisa dilakukan melalui kegiatan pembelajaran secara klasikl, kelompok, dan perorangan.
3)   Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pda proses dan hasil belajar siswa. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relative singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu esefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antara kegiatan.
a)    Melaksanakan dan mengkaji penilaian akhir.
b)   Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah, menjelaskan kembali bahan pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, membaca materi pelajaran tertentu, dan memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c)    Mengemukakan tentang topic yang akan dibahas pada waktu yang akan datang, dan
d)   Menutup kegiatan pembelajaran.

3.    Model Penilaian
Model penilaian yang dikembangkan mencakup prosedur yang digunakan,jenis dan bentuk penilaian,sertaa alat evaluasi yang digunakan.obyek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa.penilaian proses  belajar adalah upaya pemberian  nilai terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa,sedangkan penilaian hasilbelajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu.Hasil belajar tersebut pada hakekatnya merupakan kopetensi-kopetensi yang mencakup aspek pengetahuan,keterampilan,sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.kopetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumblah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati.penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan yang lainnya,hasil belajar merupakan kibat dari suatu proses belajar.
Jenis penilaian pembelajaran terpadu dilihat dari segi alatnya terdiri atas tes dan bukan tes (non test). Sistematis penilaian dengan menggunakan teknik tes disebut penilaian konvensional.sistem penilaian tersebut kurang dapat  menggunakan kemajuan belajar siswa secara siswa menyeluruh,sebab biasanya hasil belajar siswa digambarkan dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf dimana gambaran maknanya sangan abstrak.oleh karena itu,untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa secara menyeluruh,perlu dilengkapi dengan menggunakan teknik penilain alternative (alternative assessment)
Penilaian alternative dipakai sebagai penunjang dalam memberikan gambaran pengalaman dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh.memulai penggunaan penilaian alternative ini,kemajuan belajar siswa dapat diketahui oleh guru dan orang tua,bahkan oleh siswa sndiri,hal ini sesuai dengan tuntunan penilaian berbasis kelas bahwa penilaian dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan belajar-mengajar (KMB) dan dilakukan dengan cara pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil  karya (product), penguasaan (projeck), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper & pencil test). Hasil penilaian pembelajaran terpadu dengan cara tersebut berguna sebagai umpan balik bagi siswa,memantau kemajuan dan diagnosis,masukan bagi perbaikan program pembelajaran,mencapai kopetensi yang diharapkan, dan memberi informasi komunikatif bagi masyarakat.

D.      Penyusununan Rencana Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara integritasi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sebagai suatu model pembelajaran, dalam penerapannya disekolah, khususnya dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru atau tim guru perlu melakukan perancangan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Dalam menanamkan konsep pengetahuan atau keterampilan, siswa tidak perlu di-drill, tetapi diarahkan melalui pengalaman langsung (direct experience) dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perancangan yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu.
1.    Tahapan penyusunan rencana pembelajaran terpadu
Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran terpadu di sekolah dasar sebagai sesuatu yang relative baru dalam implementasi kurikulum di Indonesia, harus didukung oleh kemampuan dan kesiapan guru yang optimal dan berbagai perangkat alat dan media yang memadai. Selain itu juga menuntut adanya kreativitas dan inovasi guru.
Idealnya, model pembelajaran terpadu ini bertolak dan dikembangkan dari kurikulum yang sudah terpadu (integrated curriculum). Namun, dalam pendidikan di Indonesia, biasanya kurikulum itu sudah dikembangkan kedalam berbagai mata pelajaran yang terpisah satu dengan lainnya. Maka hal pertama, yang perlu mendapat perhatian guru dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar, yaitu kejelian dalam mengidentifikasi dan menetapkan kompetensi dasar dan indicator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan. Hal ini bukan merupakan pekerjaan yang mudah, sebab guru harus memahami betul kandungan isi dari masing-masing kompetensi dasar dan indicator tersebut sebelum dilakukan pemaduan-pemaduan. Keuntungan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu pada tingkat sekolah yaitu dengan adanya penerapan system guru kelas, dimana dengan pengalamannya mengajarkan seluruh mata pelajaran, guru bisa lebih cepat melihat keterhubungan kompetensi dasar dan indicator antar-mata pelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu perlu diupayakan adanya penyediaan interaksi pembelajaran yang dapat meningkatkan proses belajar siswa secara menyeluruh melalui kegiatan penghubungan gagasan atau konsep pada suatu mata pelajaran  dengan gagasan atau konsep pada mata pelajaran lainnya. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran terpadu ini sangat ditentukan oleh bagaimana guru mampu menyusun perancangan dan scenario pembelajaran yang tepat dan dikemas dengan memperhatikan karakteristik siswa.
Dalam merancang pembelajaran terpadu di sekolah dasar terdapat tujuh langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a.    Tetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
Langkah ini sebaiknya dilakukan setelah membuat peta kompetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan. Pada saat menetapkan beberapa mata pelajaran yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian kompetensi dasar oleh siswa dan kebermaknaan belajar.
b.    Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dalam setiap mata pelajaran.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kompetensi dasar pada jenjang kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan secara terpadu dengan menggunakan paying sebuah tema pemersatu. Namun sebelumnya, harus menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek dari setiap mata pelajaran yang dapat dipadukan.
c.    Pelajari hasil belajar dan indicator hasil belajar dalam setiap mata pelajaran
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari dan menetapkan hasil belajar dari setiap mata pelajaran sehingga dapat diketahui materi pokok yang bisa dibahas secara terpadu. Untuk itu, harus memahami dan menggunakan kurikulum yang berlaku (Standar Kompetensi Kurikulum 2006).
d.   Pilih dan tetapkan tema pemersatu
Dalam pembelajaran terpadu, peran tema ini sangat penting terutama untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif yang dapat diwujudkan antara lain dalam beberapa hal sebagai berikut.
1)   Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu.
2)   Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan beberapa kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama
3)   Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4)   Kompetensi dasar bisa dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran satu dengan mata pelajaran lainnya dan pengalaman pribadi siswa.
5)   Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
6)   Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
7)   Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dalam dua atau tiga kali pertemuan.
e.    Buatlah pemetaan keterhubungan kompetensi dasar setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu.
f.     Susun silabus pembelajaran dengan mengaitkan topic dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran
g.    Susun satuan pembelajaran terpadu.
            Sebenarnya dapat ditetapkan sendiri tema-tema yang bisa dibahas dalampembelajaran terpadu, asalkan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagaimana telah diuraikan di pembahasan sebelumnya.
            Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas atau terlalu sempit. Tema yang terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang dalam percakapan umum sering disebut topic yang sifatnya lebih spesifik dan lebih kongkret. Anak tema atau sub tema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu “pembicaraan” sebagai materi pembelajarannya.
Berikut ini adalah contoh pengembangan tema menjadi anak tema(diambil dari tema yang terdapat dalam Standar Kompetensi Kurikulum 2006 SekolahDasar), Misalnya, ditentukan tema “PENGALAMAN” yang dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Pengalaman menyenangkan, (2) Pengalaman menyedihkan, dan (3) Pengalaman lucu/menggelikan. Tema “PERISTIWA” dapat dikembangkan menjadi anak tema: (1) Peristiwa negative, dan (2) Peristiwa positif. Peristiwa tersebut dapat berupa peristiwa alam, seperti: banjir, gempa  bumi, gunung meletus, tanah longsor, angin topan, dan sebagainya. Dapat pula menjadi peristiwa lainnya, seperti: perampokan, penjambretan, tabrak lari, rapat akbar, pemilu, dan sebagainya.
Dengan demikian, dalam menentukan tema sebagai landas tumpu pembelajaran terpadu, guru dapat melakukan langkah-langkah (1) menetapkan atau memilih tema, (2) mengembangkan anak tema menjadimateri/bahan ajar yang akan dibicarakan di kelas baik dalam bentuk wacana, dialog, atau bentuk lainnya.
2.    Pemetaan Keterhubungan Kompetensi Dasar dengan Tema Pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibuat dalam bentuk bagian dan matriks jaringan topik memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran. Tidak hanya itu, dalam pemetaan ini tampak juga hubungan tema pemersatu dengan hasil belajar yang harus dicapai siswa berikut indicator pencapaiannya.
Dengan Contoh :
Tema: DIRIKU
Sub Tema : TUBUHKU
3.    Penyusunan Silabus Pembelajaran Terpadu
Secara umum, silabus ini diartikan sebagai garis-garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran terpadu. Silabus merupakan penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
4.    Penyusunan Satuan Pembelajaran Terpadu
Penyusunan satuan pembelajaran  terpadu merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponen satuan pembelajaran terpadu diantaranya:
a.    Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan, kelas, semester, dan waktu atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan)
b.    Kompetensi dasar yang hendak dicapai
c.    Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
d.   strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar).
e.    Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian kompetensi dasar.
f.     penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrument yang akan digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).
g.    Sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran terpadu sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
5.    Penyusunan Silabus dan Satuan Pembelajaran Terpadu
a.    Pengembangan Silabus Pembelajaran Terpadu
Istilah silabus dalam hal ini dapat diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok isi/materi pembelajaran terpadu. Silabus digunakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. pengembangan silabus dalam pembelajaran terpadu merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum yang bermanfaat sebagai pedoman dalam penyusunan satuan pembelajaran terpadu. Selain itu, silabus dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan  kegiatan pembelajaran (seperti kegiatan belajar klasikal, kelompok kecil, dan individu) dan pengembangan sistem penilaian.
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan silabus pembelajaran terpadu, yaitu:
1)   Disusun berdasarkan prinsip ilmiah, dalam arti materi pembelajaran terpadu yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2)   Ruang lingkup dan urutan penyajiam materi pembelajaran dalam silbabus, termasuk kedalaman dan tingkat kesulitannya, disesuaikannya, disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan siswa, serta cukup memadai untuk menunjang tercapainya penguasaan kompetensi dasar.
3)   Penyusunan silabus dilakukan secara sistematis, artinya semua komponen yang ada dalam silabus tersebut harus merupakan satu kesatuan yang saling terkait untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
4)   Silabus disusun berdasarkan bagan/matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu yang telah dikembangkan.
5)   Dalam memilih aktivitas belajar siswa, ciptakan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kompetensi dasar dan tema pemersatu, misalnya mengadakan kunjungan ke lahan pertanian, pasar, kebun  binatang, dan lain-lain atau membawa narasumber ke sekolah.
6)   Kompetensi dasar setiap mata pelajaran yang tidak bisa dikaitkan dalam pembelajaran terpadu disusun dalam silabus tersendiri. .
Silabus pembelajaran terpadu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, di mana komponen-komponen yang ada di dalamnya saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Komponen silabus tersebut terdiri atas: (a) identifikasi  mata pelajaran yang akan dipadukan, (b) kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang harus dikuasai siswa, (c) materi pokok yang mengacu pada suatu tema yang akan disajikan, (d) alternatif strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan (e) alokasi waktu yang diperlukan. Di bawah ini uraian tentang kompenen-komponen yang dijelaskan secara lengkap.
1)      Identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan.
Pada bagian-bagian ini perlu dituliskan dengan jelas nama-nama mata pelajaran yang akan dipadukan, ditunjukan untuk kelas berapa, dan pada semester mana. Perlu juga dituliskan judul tema pemersatu yang akan dibahas.
2)      Penentuan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator.
Kompetensi dasar berisi mengenai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi pada masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan. Kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator ini sudah tertulis dalam  buku Standar Kompetensi per mata pelajaran, dalam hal ini, tinggal memindahkannya ke dalam silabus pembelajaran terpadu.
3)      Penentuan materi pokok.
Materi pokok berisi mengenai pokok-pokok bahan pembelajaran yang harus dipelajari siswa sebagai sarana untuk pencapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Sebenarnya, materi pokok ini juga sudah ditetapkan secara nasional dan tertulis dalam  buku Standar Kompetensi per mata pelajaran. Dengan demikian guru tinggal menyalinnya ke dalam silabus tersebut. tugas guru adalah menjabarkan materi pokok tersebut ke dalam materi pembelajaran terpadu dengan mengacu pada tema yang akan disajikan. Cara penulisannya, jika kompetensi dasar biasanya dirumuskan dalam bentuk kata kerja, maka materi pembelajaran dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata kerja yang dibendakan. Coba perhatikan contoh berikut!
Kompetensi Dasar
Materi Pembelajaran
·         Mendengarkan dongeng binatang (Bahasa Indonesia)
·         Dongeng binatang
·         Mendeskripsikan bagian-bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah (Pengetahuan Alam)
·         Bagian-bagian tubuh hewan
·         Memahami konsep urutan bilangan cacah (matematika)
·         Urutan  bilangan cacah
·         Dsb
·         Dsb
Dalam penentuan materi pembelajaran terpadu perlu diperhatikan apakah sifatnya berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur. Hal ini akan berpengaruh terhadap strategi pembelajaran, alat dan media pembelajaran yang akan digunakan. Perlu juga diperhatikan keluasan cakupan dan kedalaman dari materi pembelajaran tersebut. keluasan cakupan materi berkaitan dengan banyaknya materi yang dimasukan sebagai materi pembelajaran terpadu, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung dalam materi pembelajaran terpadu tersebut harus dipelajari atau dikuasai oleh siswa.
4)      Penentuan alternatif strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran dimaksudkan sebagai prosedur umum kegiatan pembelajaran terpadu yang akan dilaksanakan, baik yang menyangkut kegiatan tatap muka maupun pengalaman belajar non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dilakukan dengan dengan mengembangkan interaksi langsung antara guru dengan siswa, misalnya dalam bentuk pemberian penjelasan melalui metode ceramah, diskusi, kuis, dsb. Pengalaman belajar non-tatap muka dilakukan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bukan berbentuk interaksi guru-siswa, tetapi berupa interaksi siswa dengan objek dan atau sumber belajar lain untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar, bentuknya bisa berupa kegiatan mendemonstrasikan, mempraktikkan, mensimulasikan, mengadakan eksperimen, menemukan, mengamati, menelaah, dan kegiatan sejenisnya. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan baik di dalam kelas maupun diluar kelas dengan memanfaatkan lingkungan yang tersedia (fieldtrip).
Perlu diingat bahwa strategi pembelajaran yang perlu dituliskan dalam silabus ini harus berupa alternatif-alternatif kegiatan atau pengalaman belajar unik dan spesifik yang sesuai dengan materi pembelajaran dan dapat menunjang penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Coba anda perhatikan contoh berikut!
 Materi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
·         Dongeng binatang
·         Mendengarkan dongeng binatang yang disampaikan guru tentang “kancil yang cerdik”
·         Bagian-bagian tubuh hewan
·         Mengamati bagian-bagian tubuh yang tampak pada hewan jinak berkaki dua yang ada dilingkungan siswa, seperti ayam, itik, burung merpati,dsb
·         Urutan bilangan cacah
·         Mengamati gambar-gambar binatang berkaki empat yang disediakan guru dilanjutkan dengan menyebutkan jumlah binatang tersebut dan menuliskannya dalam kata-kata dan angka.
·         Dsb
·         Dsb
Penentuan strategi dalam pembelajaran terpadu harus memungkinkan terjadinya pengalaman belajar dan bermakna bagi siswa. Untuk itu diperlukan berbagai sumber belajar, baik berupa objek langsung maupun objek yang tidak langsung. Contoh penggunaan objek langsung: siswa diajak langsung mengunjungi kebun binatang untuk mengamati jenis-jenis binatang berkaki empat atau siswa diajak mengunjungi rumah disekitar sekolah yang memiliki hewan peliharaan seperti ayam dan itik. Contoh objek tidak langsung : siswa diminta untuk mengamati gambar hewan berkaki empat atau siswa diajak menonton tayangan televisi/video tentang hewan berkaki empat.
Agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna, maka penentuan strategi dalam pembelajaran terpadu perlu juga dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat kontekstual karena siswa akan belajar dengan baik bila apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang telah diketahuinya dan kegiatan/peristiwa yang terjadi di sekelilingnya. Akan lebih sempurna lagi jika siswa diberi pengalaman-pengalaman belajar yang diarahkan kepada pemerolehan kecakapan hidup (life-skills) yanng sangat diperlukan bagi kehidupan di lingkungannya.
5)   Penentuan alokasi waktu
Alokasi waktu perlu diperhatikan pada tahap pengembangan silabus dengan maksud untuk memperkirakan jumlah jam pelajaran yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, guru harus mampu memperkirakan berapa lama siswa dapat mempelajari materi pembelajaran yang telah ditentukan. Dalam penentuan alokasi waktu ini, guru perlu mempertimbangkan tingkat kesulitan, ruang lingkup atau cakupan, serta tingkat pentingnya materi pembelajaran yang dipelajari, pertimbangan pula, apakah penyajian materi itu bisa dilakukan guru secara langsung di dalam kelas atau memerlukan kunjungagn ke objek-objek tertentu diluar kelas.
Dalam mengalokasikakan waktu, guru harus memperhatikan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap semester. Dalam kerangka kurikulum 2006, minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) adalah sekitar 36 minggu. Untuk kelas awal sekolah dasar (kelas 1 dan 2) alokasi waktu total yang disediakan adalah 30-31 jam pelajaran per minggu, sedangkan untuk kelas tinggi (kelas 3-6) alokasi waktu yang disediakan adalah 32 jam untuk kelas 3 dan 36 jam pelajaran untuk kelas 4,5,6 per minggu. Satu jam pelajaran tatap muka dilaksanakan selama 35 menit (kelas awal) dan 40 menit (kelas tinggi). Khusus untuk kelas awal, alokasi waktu sebanyak 30-31 jam pelajaran pada dasarnya dapat diatur dengan bobot berkisar : (a) 15% untuk agama; (b) 50 %  untuk Membaca dan Menulis Permulaan serta Berhitung; dan (c) 35% untuk Pengetahuan Alam, pendidikan Kewarganegaraan dan Pengetahuan Sosial, Kerajinan Tangan dan Kesenian, dan Pendidikan Jasmani.
Komponen-komponen silabus sebagaimana telah diuraikan di atas, perlu disusun dalam bentuk format dan sistematik yang jelas. Format untuk silabus pembelajaran terpadu bisa disusun dalam bentuk naratif maupun matriks. Namun utnuk memudahkan dalam melihat keterkaitan antarasatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, silabus disarankan disusun dalam format matriks  untuk masing-masing tema yang telah ditetapkan.

CONTOH FORMAT
SILABUS PEMBELAJARAN TERPADU
Sekolah Dasar      :
Kelas                    :
Semester               :
Tema                    :
Mata Pelajaran
Kompetensi dasar, hasil belajar, indikator
Materi pokok
Strategi pembelajaran
Alokasi waktu
Sumber bahan
Tuliskan nama mata pelajaran yang akan dipadukan
Tuliskan kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan.
Tuliskan pokok-pokok materi pembelajaran yang harus dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar. Standar materi pokok sudah ditetapkakan secara nasional, tugas guru adalah menyusun jabaran/uraian materi pokok tersebut ke dalam materi pembelajaran. Rumuskan dalam bentuk kata kerja yang dibendakan.
Kegiatan tatap muka: interaksi langsung antara guru dengan siswa, seperti ceramah, diskusi, ujian, kuis,dll

Pengalaman belajar non tatap muka: kegiatan belajar siswa dalam berinteraksi dengan sumb er belajar lain, seperti mendemonstrasikan, mempraktekan, mensimulasikan, melakukan eksperimen, mengaplikasikan, menemukan,mengamati, meneliti, menelaah,dsb

Tuliskan perkiraan berapa lama siswa mempelajari materi pembelajaran untuk memperkirakan jumlah jam tatap muka yang diperlukan
Tuliskan rujukan, referensi atau literatur yang relevan, seperti buku teks,

Gunakan cara penulisan yang sudah baku, nyatakan juga bagian/bab dan halamannya.

b.    Pengembangan satuan pembelajaran terpadu
Silabus sebagaimana diuraikan diatas merupakan pegangan guru dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu yang sifatnya masih global. Bahkan silabus tersebut sebaiknya disusun untuk seluruh mata pelajaran yang bisa dipadukan sebagai progam yang harus dicapai selama satu semester atau satu tahun ajaran. Untuk pegangan dalam jangka waktu yang lebih pendek, guru harus membuat program pembelajaran yang disebut satuan pembelajaran terpadu. Satuan pembelajaran terpadu ini merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema pembelajaran terpadu yang akan dibahas.
Isi dan alokasi waktu setiap satuan pembelajaran  terpadu ini tergantung kepada luas dan sempitnya pokok/satuan bahasan yang dicakupnya. Misalnya suatu pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu hanya 2 jam pelajaran, mungkin bisa selesai diajarkan dalam satu kali pertemuan saja. Tetapi pokok/satuan bahasan yang membutuhkan waktu 4 jam pelajaran perlu disampaikan dalam dua kali pertemuan. Supaya tidak terlalu kaku atau rigid. Tidak perlu membuat satuan pembelajaran terpadu untuk setiap kali pertemuan secara terpisah-pisah, namun bisa diatur untuk satu satuan pembelajaran terpadu, misalnya mencakup materi pembelajaran untuk 3-4 kali pertemuan.
Komponen-komponen satuan pembelajaran terpadu ini lebih rinci dan lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen dalam silabus. Bentuk satuan pembelajaran terpadu yang dikembangkan bisa saja berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus sama. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam satuan pembelajaran terpadu meliputi :
1)   Identitas mata pelajaran
2)   Kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang akan dipadukan.
3)   Pokok-pokok materi yang akan disajikan
4)   Kegiatan belajar-mengajar yang akan dilaksanakan
5)   Alat, media dan sumber bahan yang digunakan.
6)   Cara penilaian yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat evaluasi.

CONTOH FORMAT
SATUAN PEMBELAJARAN TERPADU

Mata Pelajaran     : 1....................................
                               2....................................
                               3....................................
Sekolah Dasar      : .....................................
Kelas/semester    : .....................................
Alokasi Waktu   : .......x pertemuan (@....menit)

A.    KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Tuliskan kompetensi dasar dan indikator yang dapat dipadukan yang hendak dicapai atau dijadikan tujuan. Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
B.     MATERI PEMBELAJARAN
Tuliskan materi pokok (beserta uraian singkat)yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
C.    STRATEGI PEMBELAJARAN
Tuliskan strategi pembelajaran berupa kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dam pengalaman belajar non-tatap muka.
D.    ALAT,MEDIA, DAN SUMBER
Tuliskan berbagai alat dan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta sumber bahan/rujukan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Gunakan cara penulisan yang sudah baku, tuliskan juga bagian/bab dan halamannya.
E.     PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tuliskan prosedur, jenis, bentuk dan alat/instrumen yang digunakan untuk menilai pencapaian belajar siswa, serta tindak lanjut hasil penilaian, seperti : remedial, pengayaan atau percepatan. Sesuaikan dengan teknik penilaian berbasis kelas, seperti : penilaian portofolio, hasil karya (product), penugasan (project),kinerja (performance), dan tes tertulis (paper dan pen).

E.       Implementasi Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar
1.    Penyusunan Rencana Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Karakteristik pembelajaran tematik yaitu: berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pemisahan antar mata pelajaran tidak nampak, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran., fleksibel, hasil pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Prinsip pembelajaran tematik adalah terintegrasi dengan lingkungan, bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan efisiensi. Kelebihan pembelajaran tematik, yaitu: menyenangkan, memberikan pengalaman, hasil belajar dapat bertahan lama, berkesan, dan bermakna, mengembangkan keterampilan berfikir anak, menumbuhkan keterampilan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, komunikasi, dan tanggap, menyajikan kegiatan yang bersifat nyata. Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: perencanaan meliputi pemetaan KD, penentuan tema, analisis indikator, penetapan jaringan tema, penyusunan silabus, dan penyusunan RPP, penerapan/pelaksanaan pembelajaran dengan langkah-langkah; kegiatan pendahuluan, inti, dan akhir, evaluasi/penilaian. Sistem penilaian pembelajaran tematik adalah penilaian proses dan hasil. Alat penilaian yang digunakan berupa tes dan non tes, yang meliputi; tertulis, lisan, perbuatan, catatan perkembangan siswa, portofolio. Penilaian ini tidak lagi terpadu melalui tema, tetapi terpisah sesuai kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator mata pelajaran, sehingga nilai akhir pada Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS) atau rapor dikembalikan pada kompetensi mata pelajaran.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air” dapat ditinjau dari mata pelajaran IPA dan Matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, Bahasa Indonesia, Penjasorkes, dan SBK. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran tematik, yaitu, Pembelajaran tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang tersedia di lingkungan. Pilihlah tema yang terdekat dengan siswa. Lebih mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai dari tema tersebut. Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru dan siswa.
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya materi kurikulum. Di samping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa.
Pembelajaran tematik di sekolah dasar merupakan suatu hal yang dapat dianggap relatif baru dan pemahamannya oleh guru belum mendalam,  sehingga dalam implementasinya belum sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak guru yang merasa sulit dalam melaksanakan pembelajaran tematik ini. Hal ini terjadi antara lain karena guru belum mendapat pelatihan secara intensif  tentang pembelajaran tematik ini. Di samping itu juga guru masih sulit meninggalkan  kebiasan kegiatan pembelajaran yang penyajiannya berdasarkan mata pelajaran/bidang studi.
Pada saat menyusun model pembelajaran terpadu maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar berikut butir-butir indikator pencapaian hasil belajar dari setiap mata pelajaran yang memiliki kesamaan topik sehingga bisa dipadukan. Setelah itu kita menyusun silabus dengan langkah-langkah: (1) menyusun sendiri butir-butir pembelajaran apa saja yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematis tertentu, (2) menetapkan kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator pembelajaranny, (3) mengidentifikasi keselarasan hubungan KD dengan butir-butir indikator hasil belajar dari antartopik pembelajaran, (4) menentukan tema dan teks yang akan dijadikan payung dan landas tumpu (springboard) pembelajaran, dan (5) menentukan skenario pembelajarannya berikut evaluasinya.
Bentuk implementasi pembelajaran terpadu dengan bertolak dari tema pada dasarnya dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan pengajaran proyek atu pengajaran unit. Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan belajar siswa berkisar pada satu tema yang ditetapkan bersama oleh seluruh siswa dalam kelas bersama guru. Luas-sempitnya cakupan konseptual satu tema akan berpengaruh pada seluruh kegiatan belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi. Kegiatan pembelajarannya dapat berlangsung dalam waktu antara 1 atau 2 minggu. Untuk kebutuhan pembelajaran harian, berdasarkan silabus tersebut guru dapat menyusun satuan perencanaan pembelajaran harian. Agar dapat melaksanakan proses pembelajaran terpadu sebagaimana dipaparkan di atas, maka guru harus menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk silabus.
Dalam menyajikan silabus, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang ada kemungkinan akan menggunakan silabus tersebut. Pada awal pemberlakuan kurikulum, secara nasional telah disediakan contoh silabus siap pakai untuk dilaksanakan. Pada tahun-tahun berikutnya silabus tersebut perlu direvisi dan disempurnakan agar dapat mengingkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan setiap mata pelajaran.
Silabus pembelajaran terpadu dikembangkan dengan menggunakan pendekatan sistem, dimana komponen-komponen yang ada didalamnya saling berhubungan satu sama lain dalam rangka mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Komponen silabus pembelajaran terpadu terdiri atas: (a) identifikasi mata pelajaran yang akan dipadukan, (b) kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator yang harus dikuasai siswa, (c) materi pokok yang mengacu pada suatu tema yang akan disajikan, (d) alternatif strategi pembelajaran yang akan digunakan, dan (e) alokasi waktu yang diperlukan.
Satuan pembelajaran terpadu merupakan satuan atau unit program pembelajaran terkecil untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana penyampaian suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu tema pembelajaran terpadu yang akan dibahas. Komponen satuan pembelajaran terpadu mengandung unsur-unsur pokok yang meliputi: (a) identitas mata pelajaran, (b) kompetensi dasar, hasil belajar dn indikator yang akan dipadukan, (c) pokok-pokok materi yang akan disajikan, (d) kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan, (e) alat, media, dan sumber bahan yang digunakan, (f) cara penilaian yang akan ditempuh dilengkapi dengan alat penilaian.
Dalam tahap perencanaan pembelajaran tematik, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a.    Pemetaan Kompetensi Dasar. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh semua standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1)   Penjabaran standart kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam indikator.
2)   Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik;
3)   Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran;
4)   Indikator dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat diamati.
b.    Penentuan Tema. Dalam menentukan tema yang bermakna, kita harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1)   Pemikiran konseptual. Tema yang baik tidak hanya memberikan fakta-fakta kepada siswa, tetapi bisa mengajak siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi.
2)   Pengembangan keterampilan dan sikap. Tema yang sudah disepakati bisa mengembangkan keterampilan siswa. Misalnya, keterampilan berfikir, berkomunikasi, sosial, eksplorasi, mengorganisasi, dan pengembangan diri. Pembentukan sikap juga harus bisa diakomodasi dalam pilihan tema, seperti sikap menghargai, percaya diri, kerja sama, komitmen, kreativitas, rasa ingin tahu, berempati, antusias, mandiri, jujur, menghormati dan toleransi.
3)   Kesinambungan. Kath Murdock (1998) dalam bukunya Clasroom Connection-Strategies for Integrated Learning menjelaskan bahwa tema yang baik bisa mengakomodasi pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum belajar tentang sesuatu yang baru. Pengetahuan awal itu tentu sudah dipelajari siswa sebelumnya.
4)   Materi belajar utama dan tambahan. Materi dan sumber pembelajaran tematik biasa kita bagi menjadi dua sumber dan materi, yaitu utama dan tambahan. Contoh sumber atau materi belajar utama adalah para ahli atau orang-orang yang mempunyai profesi atau kompetensi dasar dalam bidang terentu, tempat-tempat yang bisa dipelajari, suasana belajar di dalam kelas, lingkungan, komunitas, dan kesenian. Sedangkan musik, materi audio visual, literatur, progam komputer, dan internet adalah sumber materi pembelajaran tambahan bagi siswa. Dengan demikian, pemlihan tema harus juga memperhatikan kesediaan kedua sumber belajar itu.
5)   Terukur dan terbukti. Guru juga perlu memperhatikan hasil pembelajaran yang akan siswa capai dalam pembelajaran tematik. Apa yang bisa siswa kerjakan dalam proses pembelajaran tematik. Perlu juga menunjukkan bukti-bukti itulah yang dinilai guru dan dicatat sebagai bukti bagaimana siswa menguasai tema yang diajarkan. Yang pada akhirnya akan dijadikan bahan evaluasi dan laporan kepada orang tua siswa.
6)   Kebutuhan siswa dalam memilih tema. Guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa. Tema yang dipilih dapat menjawab kebutuhan siswa. secara kognitif. Gardner (2007) dalam bukunya Five Minds For The Future menyebutkan bahwa manusia pada era informasi ini harus dibekali lima cara berfikir, yaitu:
a)    Pikiran yang terlatih, terampil, dan disiplin;
b)   Pikiran mensintesis;
c)    Pikiran mencipta;
d)   Pikiran merespek, dan
e)    Pikiran etis. Kebutuhan siswa yang lain bisa juga dilihat melalui perkembangan psikologi (imajinasi), perkembangan motorik, dan perkembangan kebahasaan siswa.
f)    Keseimbangan pemilihan tema
Pembelajaran yang cocok dengan pembelajaran terpadu adalah pembelajaran tematik. Dalam satu tahun pembelajaran biasanya siswa mampu mempelajari sekitar enam tema. Para guru hendaknya dapat memilih tema yang bisa mengakomodasi mata pelajaran bahasa, ilmu sosial, lingkungan, kesehatan, dan sains dalam tema-tema yang bervariasi.
g)   Aksi nyata. Pembelajaran tematik hendaknya tidak hanya mengembangkan pengetahuhan dan sikap siswa, namun juga bisa membimbing siswa untuk melakukan aksi yang bermanfaat. Aksi yang dilakukan siswa akan memperkaya siswa dengan pengetahuan lain serta memberikan dampak bagi kehidupan orang lain dan lingkungan di mana siswa hidup.
c.    Identifikasi dan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan idikator. Pengidentifikasian dan analisis untuk setiap standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dilakukan sesuai/cocok untuk setiap tema hingga semua kompetensi, kompetensi dasar dan indikator terbagi habis.
d.   Penetapan Jaringan Tema. Jaringan tema yaitu hubungan kompetensi dasar dan indikator dari beberapa mata pelajaran atau materi pokok dengan tema pemersatu.
e.    Penyusunan Silabus. Hasil seluruh proses yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus.
f.     Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Untuk mengelola pembelajaran dengan baik, guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus. Setelah tahap perencanaan dilakukan, maka selanjutnya adalah tahap pelaksanaan pembelajaran tematik. Adapun tahap pelaksanaan pembelajarannya meliputi :
1)        Kegiatan Pendahuluan/awal. Pada tahap ini dapat dilakukan panggilan terhadap anak tentang tema yang disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan adalah, bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan dan menyanyi.
2)        Kegiatan inti. Kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk pengembangan kemampuan baca, tulis, dan hitung. Penyajian bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal, kelompok kecil, ataupun perorangan.
3)        Kegiatan penutup. Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa contoh kegiatn penutup yang dapat dilakukan adalah menyimpulkan atau mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim, pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik. Dalam implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai implikasi yang mencakup:
a)        Implikasi bagi guru. Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreaktif baik dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh.
b)        Implikasi bagi siswa. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melakukan kegiatan, baik secara individual, pasangan kelompok kecil, maupun klasikal. Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan aktif.
g.    Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber balajar, dan media. Pelaksanaan pembelajaran ini memerlukan berbagai sarana dan prasarana belajar. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan bebagai sumber balajar, baik yang didesain secara khusus maupun yang tersedia di lingkungan. Pembelajaran ini perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran bervariasi. Pembelajaran ini masih dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada atau bila memungkinkan untuk menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar terintegrasi.
h.    Implikasi terhadap pengaturan ruangan. Ruang perlu ditata sesuai tema yang dilaksanakan. Susunan bangku bisa berubah-ubah. Peserta didik tidak harus selalu hanya duduk di kursi, tetapi dapat duduk ditikar, dikarpet, atau yang lain.
Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber balajar.
Alat, sarana, sumber belajar hendaknya dikelola dengan baik.
i.      Implikasi terhadap pemilihan metode. Pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan multi metode, misalnya percobaan, bermain peran, tanya jawab, demonstrasi, dan bercakap-cakap.
 2.    Evaluasi Pembelajaran Terpadu
a.    Penilaian dalam Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Evaluasi pembelajaran tematik difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan, minat, dan semangat siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan evaluasi hasil lebih diarahkan pada tingkat pemahaman dan penyikapan siswa terhadap substansi materi dan manfaatnya bagi kehidupan siswa sehari-hari. Di samping itu evaluasi juga dapat berupa kumpulan karya siswa selama kegiatan pembelajaran yang bisa ditampilkan dalam suatu paparan/pameran karya siswa. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dapat digunakan tes hasil belajar dan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa melakukan suatu tugas dapat berupa tes perbuatan atau keterampilan dan untuk mengungkap sikap siswa terhadap materi pelajaran dapat berupa wawancara atau dialog secara informal. Di samping itu instrumen yang dikembangkan dalam pembelajaran tematik dapat berupa: kuis, pertanyaan lisan, ulangan harian, ulangan blok, dan tugas individu atau kelompok dan lembar observasi.
Terdapat beberapa fungsi penilaian dalam pembelajaran terpadu. Fungsi utama dari penilaian ini yaitu sebagai alat untuk mengetahui apakah para siswa telah menguasai sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan. Dengan fungsi tersebut maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan kompetensi yang dikembangkan delam kurikulum sekolah dasar. Selain fungsi tersebut diatas, penilaian ini berfungsi juga sebagai umpan balik bagi perbaikan atau penyempurnaan proses pembelajaran dan sebagai dasar dalam penyusunan laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya.
Penilaian dalam pembelajaran terpadu merupakan program penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
b.    Prinsip-Prinsip Penilaian Pembelajaran Terpadu
Untuk memperoleh hasil penilaian yang akurat, dalam melaksanakan penilaian pembelajaran terpadu guru perlu memperhatikan beberapa prinsip penilaian yaitu: prinsip integral dan komperhensif, prinsip kesinambungan, dan prinsip objektif. Prinsip intergral dan komperhensif yakni penilaian dilakukan secara utuh dan menyeluruh terhadap semua aspek pembelajaran, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai. Prinsip kesinambungan yakni penilaian dilakukan secara berencana, terus menerus, dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dan dilaksanakan sesuai dengan program yang telah disusun. Prinsip objektif yakni penilaian pengajaran dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang handal dilaksanakan secara objektif, sehingga dapat menggambarkan dengan tepat kemampuan yang diukur.
c.    Sasaran Penilaian
Dari segi pentahapan kegiatan, penilaian dilakukan pada tahap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu, sedangkan dari segi sasarannya, penilaian difokuskan kepada proses dan produk pembelajaran.
Merujuk pada cakupan penilaian pembelajaran terpadu, maka penilaian pembelajaran terpadu itu harus bersifat multidimensional, berlangsung dalam konteks yang otentik (alami), sifatnya kolaboratif dan berorientasi pada perkembangan dan lingkungan budaya siswa. Penekanan penilaian terletak baik pada proses maupun hasil/produk, dan penilaian terhadap proses perlu memperoleh perhatian khusus. Beragamnya aspek perilaku yang dinilai dalam pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik dan alat penilaian yang beragam pula, mulai dari penilaian yang didasarkan pada pengamatan langsung yang bersifat informal sampai kepada tes fotmal yang berstruktur dan terkendali (Depdikbud, 1997). Penilaian pembelajaran terpadu sebagaimana dikemukakan diatas mencakup penilaian terhadap proses dan produk dengan sasaran siswa dan guru yang berkaitan dengan program pembelajarannya.
d.   Pelaksanaan Penilaian
Untuk kebutuhan evaluasi, disusun lembar kerja siswa (LKS) yang dapat digunakan dalam pembelajaran terpadu. Bentuk evaluasi untuk perencanaan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip evaluasi terpadu.

F.     Implementasi Model-model Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu sebagai pendekatan baru merupakan seperangkat wawasan dan aktivitas berpikir dalam merancang butir-butir pemebelajaran yang ditunjukan untuk menguntai tema, topik maupun pemahaman dan keterampilan yang diperoleh siswa sebagai pemeblejaran secara utuh dan padu. Atau dengan pengertian lain, pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan, merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dari berbagai mata pelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan siswa secara simultan.
Pemebelajaran terpadu pada dasarnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran secara terintegrasi untuk memeberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sebagai suatu model pembelajaran, dalam penerapannya di sekolah, khususnya sekolah dasar memerlukan persiapan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pembelajaran dalam satu mata pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, guru atau tim guru perlu melakukan perencanaan pembelajaran terpadu yang didasarkan atas pertimbangan yang matang agar siswa memiliki pengalaman belajar yang bermakna. Dalam peneneman konsep pengetahuan atau keterampilan, siswa tidak perlu di drill, tetapi diarahkan untuk belajar melalui pengalaman langsung (direct experience) dan menghubungkannya dengan konep-konsep lain yang sudah dipahami, sehingga sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Perancangan yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan pemebelajaran terpadu.
1.    Model-Model Pembelajaran Terpadu
Sebagaimana dikemukakan Fogarty (1991) bahwa terdapat sepuluh model pembelajaran terpadu, mencakup model (1) fragmented, (2) connected, (3) nested, (4) sequenced, (5) shared, (6) webbed, (7) threaded, (8) integrated, (9) immersed, dan (10) networ. Tentu saja dari model-model pembelajran terpadu seperti yang telah dikemukakan oleh Robin Fogarty dan Jacobs diatas ini tidak semuanya tepat diterapkan disekolah dasar di Indonesia. Menurut hasil pengakajian Tim Pengembangan PGSD (1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau tepat diterapkan di sekolah dasar kita, yaitu model jaring laba-laba (webbing), model keterhubungan (connected), dan model ketepaduan (integrated). Di bawah ini diuraikan kotiga model pembelajran terpadu tersebut beserta kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.
a.    Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan menjadi sub tema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait. Dari subtema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya. Model Webbed merupakan model yang paling populer. Model ini bertolak dari penedekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.     


 





Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut.
1)   Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
2)   Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
3)   Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema kedalam semua bidang isi pelajaran.


Kelemahan pembelajaran terpadu model Webbed sebagai berikut:
1)   Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah menyeleksi tema.
2)   Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal. Sehingga hal ini hanya berguna secara analisis di dalam perencanaan kurikulum.
3)   Dalam pembelajaran guru lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

b.    Model Keterhubungan (connected)
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan ketermpilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang dipelajari dalam satu semester dengan ide-ide yang dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata pelajaran. Model connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir-butir pembelajaran kosakata, struktur, membaca, dan mengarang misalnya, dapat dipayungakan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk kemampuan berbahasa dan bersasatra. Hanya saja pembentukan pemahaman, keterampilan , dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara otomatis. Karena itu, guru harus menta butir-butir pembelajaran dan proses pemeblajaran secara terpadu.
 






    
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah sebagai berikut.
1)   Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
2)   Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus menerus sehingga terjadi internalisasi.
3)   Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan siswa mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, dan mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan transfer atau memindahkan ide-ide tersebut dalam memecahkan masalah.
Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:
1)   Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
2)   Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama sehingga ini pelajaran tetap terfokus tanpa merentangakan konsep-konsep dan ide-ide antar mata pelajaran.
3)   Usaha-usaha yang terkonsentrai untuk mengintegrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan mata pelajaran lain.

c.    Model Keterpaduan (integrated)
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan denga cara menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, kosep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda denga model jaring laba-laba yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal, maka dalam model keterpaduan tema yang terkait yang bertumpang tindih merupakan hal yang terakhir yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari bberapa mata pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki keterhubungan  yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai mata pelajaran.
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang semula terdapat dalm mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahun Sosial, agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu, misalnya Pengetahun Alam. Contoh lain, dalam teks membaca yang merupakan bagian mata pelajaran Bahasa Indonesia, dapat dimasukan butir pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam, dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagia butir pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.
Kekuatan model keterpaduan anatara lain:
1)   Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara berbagai mat pelajaran.
2)   Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
3)   Mampu membangun motivasi.
Kelemahan model keterpaduan anatara lain:
1)   Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara utuh.
2)   Model ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diproritaskan.
3)   Model ini menghendaki tim antar mata pelajaran yang terkadang sulit dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.

2.    Implementasi Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Dalam menyusun model pembelajaran terpadu maka langkah pertama yang dilakukan adalah mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar berikut butir-butir indikator pencapain hasil belajaran dari setiap mata pelajaran yang memiliki kesamaan topik sehingga bisa dipadukan. Setelah itu kita menyusun silabus denagn langkah-langkah: (1) menyusun sendiri butir-butir pembelajran apa saja yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematik tertentu, (2) menetapkan kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator pembelajarannya, (3) mengidentifikasi keselarasan hubungan KD denga dan butir-butir indikator hasil belajar dari antar topik pembelajaran, (4) menentukan tema dan teks yang akan dijadikan payung dan lantas-tumpu (springboard) pembelajaran, (5) menentuakn skenario pembelajaran berikut evaluasinya.
Bentuk implementasi pembelajaran terpadu dengan bertolak dari tema pada dasarnya dilaksanakan dalam bentuk pelaksanaan pengajaran proyek atau pengajarn unit. Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan belajar siswa berkisar pada satu tema yang ditetapkan bersama oleh siswa dalam kelas bersama guru. Luas sempitnya cakupan konseptual satu tema akan berpengaruh pada seluruh kegiatan belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada kulminasi. Kegiatan pembelajarannya dapat berlangsung dalam waktu antara 1 dan 2 minggu. Untuk kebutuhan pembelajaran harian, berdasarkan silabus tersebut guru dapat menyusun satuan perencanaan pembelajara harian. Agar dapat melaksanakan proses pembelajaran terpadu sebagimana dipaparkan diatas, mka guru harus menyusun skenario pembelajaran dalam bentuk silabus.
Dalam penyajian silabus, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen, dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami baik oleh guru yang mengembangkannya maupun oleh guru lain yang ada kemungkinan akan menggunakan silabus tersebut.
Berikut akan dipaparkan contoh silabus pembelajaran terpadu mata pelajaran Sains, Bahasa Indonesia, Matematika, dan Kertakes. Berikut ini dipaparkan aspek, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator pencapaian hasil belajar, dan materi pokok dari setiap mata pelajaran yang diwajibkan kurikulum sekolah dasar kelas II dari keempat mata pelajaran di atas untuk alokasi waktu 8 jam pelajaran. Model pembelajaran terpadu yang dipakai adalah model temaik atau model jaring laba-laba (webber). Secara berturut-turut akan dipaparkan model jaring keterkaitan konsep dalam empat mata pelajaran, silabus, dan satuan pembelajaran terpadu yang semuanya sudah dilengkapi dengan rancangan evaluasinya.

3.    Model Perencanaan Pembelajaran Terpadu
Pada saat merancang pembelajaran terpadu, pemahaman komponen-komponen yang terdapat dalam GBPP sangat diperlukan. Dengan pemahan tersebut, kita dapat (1) menyusun butir-butir pembelajaran apa saja yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematis tertentu. (2) menetapkan kompetensi dasar (KD) dan merumuskan indikator pembelajarannya, (3) mengidentifikasi keselarasan hubungan KD dengan butir-butir indikator hasil belajar dari antartopik peembelajaran, (4) menentukan tema dan teks yang akan dijadikan payung dan springboard (landas-tumpu) pembelajaran, dan dapat (5) menentukan aktivitas pembelajarannya.
Komponen-komponen di atas disajikan dalam bentuk silabus pembelajaran yang disusun dengan memperhatikan aspek keterbacaan, keterkaitan antar komponen dan kepraktisan penggunaannya. Silabus harus mudah dibaca dan dipahami, baik oleh guru yang mengembangkannya maupun guru lain yang akan menggunakannya. Dalam prosesnya, penyelenggaraan pembelajaran terpadu dlakanakan mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan kulminasi.
Pelaksanaan pembelajaran terpadu dapat dimulai dari mata pelajaran bahasa indonesia, pengetahuan sosial, sains, atau mata pelajaran lainnya meskipun demikian, dari mata pelajaran apa pun guru memulai pembelajaran, prosedur pelaksanaan pembelajaran terpadu tetap dilaksanakan dengan memadukan konsep-konsep dalam mata pelajaran tersebut yang dipadukan dengan konsep-konsep pada mata pelajaran lain dengan tetap mengacu ada tema pemersatu yang sudah ditetapkan sebelumnya beersama-sama siswa.
Pada kegiatan beajar 1 anda sudah memahami dan berlatih menyusun silabus pembelajaran terpadu dengan menggunakan model webbed dan menggunakan tema benda langit dari mata pelajaran sains. Anda juga telah berlatih menyusun satuan pembelajaran terpadu yang disusun berdasarkan silabus yang sama. Selanjutnya pada kegiatan belajar 2 ini anda akan diajak untuk berlatih menyusun silabus pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema ekonomi dari mata pelajaran pengetahuan sosial sebagaimana dapat anda telaah berikut ini.

SILABUS PEMBELAJARAN TERPADU
Tema                             :  Ekonomi
Kelas/semester              :  V/1
Alokasi waktu               :  8 jam

Pengetahuan sosial
Kompetensi dasar         :  Kemampuan memahami kegiatan ekonomi di indonesia
Hasil belajar                  :  Menguraikan jenis-jenis usaha dalam bidang ekonomi
Indikator hasil belajar   : Menyebutkan jenis usaha perekonomian dalam masyarakat
Memberikan contoh usaha yang dikelola sendiri dan kelompok
Memberikan contoh cara menghargai kegiatan setiap orang dalam berusaha

Bahasa indonesia
Kompetensi dasar         :
Mendegarkan                :  Mendengarkan penjelasan dari nara sumber dan   memberikan tanggapan                       
Berbicara                       :  Berwawancara dengan nara sumber
Melorkan hasil wawancara
Menulis                         :  Menulis laporan
Kebahasaan                   :  Menerapkan kaidah dalam kalimat

Hasil belajar
Mendengarkan              :  Mampu mendengarkan dan memahami isi/infomasi pembicaraan dari nara sumber
Berbicara                       :  Mampu melakukan wawancara dengan nara sumber
Mampu melaporkan
Menulis                         :  Menulis laporan melalui tahapan yang benar
Kebahasaan                   :  Menggunakan kata tanya dalam kalimat
Indikator Hasil Belajar
Mendengarkan              :  Siswa dapat memahami dan mengidentifikasi serta mencatat butir-butir pokok atau penting dan hasil wawancara dengan narasumber.
Berbicara                       :  Siswa dapat membuat daftar pertanyaan, melakukan kegiatan bertanya dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan konteks dan santun berbahasa untuk menggali informasi secara mendalam.
Siswa dapat menjelaskan hasil wawancara beserta informasi penting yang diperoleh dengan menggunakan kalimat yang efektif.
Menulis                         :  Menulis laporan berdasarkan tahapan (dari catatan ke konsep awal).
Memperbaiki tulisan berdasarkan masukan dari teman atau guru menjadi tulisan yang baik.
Kebahasaan                   :  Siswa mampu menggunakan kata tanya dalam kalimat dengan tepat.
Matematika
Kompetensi Dasar        :  Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
Hasil Belajar                 :  Melakukan operasi hitung campuran bilangan bulat.
Indikator Hasil Belajar :  -    Membaca dan menulis bilangan bulat dalam kata-kata dan angka.
-     Melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan    bilangan bulat
-     Melakukan operasi perkalian dan pembagian bilangan bulat positif.
-     Melakukan operasi hitung campur dengan bilangan bulat.
-     Memecahkan masalah sehari-hari yang menggunakan bilangan bulat.

Langkah Pembelajaran
Secara umum, langkah pembelajaran yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut.
1.      Siswa bersama guru curah pendapat untuk menetapkan tema/topik pembelajaran.
2.      Siswa bersama guru menetapkan aktivitas dan tugas belajar yang akan dilakukan.
3.      Siswa ditugasi melakukan wawancara dengan narasumber (para pedagang) yang ada di sekitar sekolah atau di sekitar lingkungan rumah.
4.      Siswa dibimbing untuk membuat bahan wawancara berupa daftar pertanyaan dengan topik kegiatan ekonomi masyarakat pedagang dengan menggunakan kalimat yang tepat dan bahasa yang sopan.
5.      Siswa diminta untuk mewawancarai dan mencatat butir-butir pokok/hal penting yang mereka peroleh dalam peroses wawancara mulai dari jenis usaha dagang sampai penghasilan yang diperoleh para nara sumber dengan melakukan penghitungan yang tepat.
6.      Siswa diminta untuk menyusun laporan hasil wawancara dan melaporkan informasi hasil wawancara secara lisan di depan kelas.
7.      Siswa diminta mendengarkan pembacaan laporan hasil wawancara temannya dan memberi tanggapan, saran dan masukan untuk perbaikan laporan.
Bila guru akan menyusun satuan pembelajaran berdasarkan silabus diatas, maka kemungkinan pembelajaran akan dilakukan dalam beberapa pertemuan seperti terlihat dalam paparan berikut.
Langkah Pembelajaran
a.    Pertemuan pertama
1.    Siswa bersama guru menetapkan aktivitas dan tugas belajar yang akan dilakukan.
2.    Siswa dan guru curah pendapat untuk menetapkan tema/topik pembelajaran.
3.    Siswa ditugasi melakukan wawancara dengan seseorang nara sumber yang ada disekitar sekolah (pedagang).
4.    Siswa dibimbing untuk membuat bahan wawancara berupa daftar pertanyaan dengan menggunakan kalimat yang tepat dan bahasa yang sopan.
b.    Penugasaan
Siswa diminta untuk mewawancarai dan mencatat butir-butir pokok/hal penting yang mereka peroleh dalam proses wawancara (kegiatan belajar bisa dilakukan di luar kelas). Kegiatan ini bila dilakukan dilingkungan sekitar sekolah maka dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan (pertemuan kedua).
c.    Pertemuan Ketiga
1.    Siswa diminta untuk menyusun laporan hasil wawancara dan melaporkan informasi hasil wawancara secara lisan didepan kelas.
2.    Siswa diminta mendengarkan pembacaan laporan hasil wawancara temannya dan memberi tanggapan, saran dan masukan untuk perbaikan laporan.
Petunjuk guru : 1. Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan wawancara. Selanjutnya, tuntunlah siswa membuat daftar pertanyaan wawancara, membuat laporan hasil wawancara. Lalu, laporan dibacakan didepan kelas oleh siswa satu persatu. 2. Guru menyajikan contoh surat pribadi. Berdasarkan contoh itu guru menjelaskan pengertian dan ciri-ciri surat pribadi, kemudian membimbing siswa menyusun surat pribadi.

Alat, bahan, dan sumber belajar
Nara sumber    : petani/pemilik apotik hidup
Contoh surat pribadi beserta bagian-bagian surat
Buku paket atau buku teks bahasa indonesia

Penilaian hasil pembelajaran
1.        Penilaian proses melalui kegiatan pengamatan saat siswa melakukan kegiatan wawacara.
2.        Penilaian hasil penguasaan materi  melalaui kegiatan tanya jawab tentang kegiatan yang baru saja dilakukan siswa disesuaikan dengan indikator yang akan dicapai dalam pembeelajaran.
3.        Tes perbuatan :
-          Tes membuat susunan
-          Tes menyusun laporan
-          Tes menulis laporan

Dari susunan diatas, bentuk keterpaduan antar mata pelajaran yang telah ditetapkan tampaknya masih implisit. Agar dapat terlihat bentuk keterpaduannya,langkah-langkah setiap kegiatan pembelajaran akan dijelaskan sebagai berikut. Kegiatan awal dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk mamu menyusun daftar pertanyaan yang akan digunakan pada saat wawancara dilakukan.
Kompetensi dasar
Menerapkan kaidah pembentukan kalimat
Materi
Menggunakan kata kata tanya dalam kalimat
indikator
Menggunakan kata tanya apakah, berapa, dan mengapa dalam kalimat agak kompleks dalam penyusunan daftar tanyaan wawancara

Kompetensi dasar
Berwawancara

Materi
Sumber-sumber informasi di ingkungan sekitar siswa (para pelaku ekonomi/pedagng)


Indikator
Mampu menyusun sutu daftar pertanyaan dan meminta mereka menggunakan bahasa yang layak pada konteks dan sopan agar dapat memperoleh informasi yang mendalam.

Berkaitan dengan dua indikator mata pelajaran bahasa indonesia di atas. Dalam pelaksanaannya gru dapat menghubungkan topik-topik pertanyaan yang harus disusun siswa dengan isi pelajaran yang berkaitan dengan tiga indikator yang terdapat dalam mata pelajaran pengetahuan sosial dan dua indikator terakhir dalam mata pelajaran matematika sebagaimana diuraikan diatas. Keterpaduan yangtampak pada paparan di atas terjalin dengan menggunakan tema pemersatu yait ekonomi.
Berdasarkan data materi pokok dalam silabus, maka kegiatan pembelajaran untuk mencapai kompetensi-kompetensi lainnya dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan pada pertemuan-pertemuan berikutnya dengan tema yang sama dengan susunan satuan pembelajaran yang berbeda, tetapi masih dari silabus yang sama. Kompetensi-kompetensi tersebut adaah sebagai berikut.
Kompetensi dasar
Mendengarkan dan memahami pembicaraan nara sumber
Materi
Pembicaraan dengan nara sumber (para pelaku kegiatan ekonomi )
Indikator
Mengidentifikasi dan mencatat butir-butr/pkok/hal penting dari hasil wawancara (hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi)

Kompetensi dasar
Menulis laporan
Materi 
Laporan hasil wawancara
Indikator
Mampu menulis laporan hasil wawancara

Kompetensi dasar
Melaporkan
Mater
Hasil wawancara
Indikator
Mampu mengungkapkan hasil-hasil wawancara bersama-sama dengan informasi penting yang diperoleh dengan menggunakan kalimat-kalimat yang dipahami.

Untuk menccapai kompetensi-kompetensi di atas,guru dapat menugaskan siswa mewawancarai seseorang yakni nara sumber (pedagang) yang ada di sekitar sekolah atau yang bisa ditemui di sekitar lingkungan rumah siswa penugasan ini dapat dilakukan dengan pelaksanaan kegiatan belajar pada pertemuan berikutnya dengan kegiatan pembelajaran yag tetap terpadu dengan dua mata pelajaran lainnya dan disusun dalam satu satuan peencanaaan pembelajaran. Dalam pembelajaran, siswa dapat diminta untk mengolah informasi-informasi yang mereka peroleh dalam pross wawancara dan melaporkan hasilnya secara lisan.In formasi-informasi yang akan mereka peroleh ini juga akan melibatkan kompetensi-komptensi dari mata pelajaran lainnya. Misalnya siswa akan melakukan operasi hitung capuran dengan bilangan bulat pada saat menghitung penghasilan per hari, per minggu atau penghasilan para pedagang selama satu bulan. Siswa juga akanemiliki pemahaman entang kegiatan ekonomi usaha kecil masyarakat (pedagang).
Dari contoh silabus diatas dapat disimpulkan bahwa seandainya anda ingin menyusun rancangan pembelajaran terpadu, maka dalam penyusunan perencanaan pembelajaran harus ditetapkan mata pelajaran apa saja yang memiliki kemungkinan untuk dipadukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemetaan kompetensi dasar, hasil belajar berikut indikator dari setiap mata pelajaran. Dalam menyusun perencanaan, perlu dilakukan hal-hal sepert berikut:
1.        Membangun satuan-satuan terpadu.
2.        Mengenali dan membuat pemetaan tema atau topik.
3.        Mengenali mata pelajaran yang akan diintegrasikan (lintas bidang studi).
4.        Mengenali aspek yang akan dimasukan (interdisipliner)
5.        Mengenali kompetensi yang relevan.
Perencanaan dapat dimulai dengan menetapkan kompetensi dasar seperti berikut.
       Mata Pelajaran
Tema
Bahasa
Indonesia
Matematika
IPA
Pengetahuan
Soaial
Bantuan
Membaca
Intensif

Deskripsi
Benda
Berdasarkan ciri-cirinya
Pengukuran dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
Benda padat, cair dan gas serta perubahan wujudnya (batuan)
Kenampakan alam dan keragaman lingkungan
Peninggalan sejarah
Serta disusun oleh pemetaan jaringan topik antar mata pelajaran secara lengkap yang memuat hasil belajar berikut indikatornya sebagaiman terlihat dalam bagan berikut. Bila jaringan topik sudah dibuat, maka selanjutnya harus ditetapkan aktivitas dan tugas belajar siswa yang diprediksikan dapat mengembangkan pemahaman konsep serta kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Perlu diingat bahwa penetapan dan perencanaan aktivitas dan tugas belajar siswa harus menampakan keterpaduan konsep yang terdapat dalam mata pelajaran – mata pelajaran tersebut.


 JARINGAN KETERKAITAN TOPIK LINTAS MATA PELAJARAN







Mengidentifikasi
Sifat batuan
 


 



 
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu, siswa akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna disini memberikan makna bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Model-model pembelajaran terpadu menurut seorang ahli yang bernama Robin Fogarty (1991) terdapat sepuluh cara atau model, yaitu: Model fragmented, Model Connected, Model Nested, Model Squenced, Model Shared, Model Webbed, Model Threaded, Model Integrated, Model Immersed, dan Model Networkted.
Manfaat dari pembelajaran terpadu yaitu banyak topik-topik yang tertuang disetiap mata pelajaran mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari oleh siswa. Sebagai guru, harus pandai dalam memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.

B.     Saran
Dari isi makalah ini semoga pembaca dapat mengerti dan menambah pengetahuan tentang pembelajaran terpadu khusus di sekolah dasar. Dan dari makalah ini diharapkan para pendidik dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan program pengalaman belajar dengan cepat, dan harus pandai memilih topik yang sesuai dalam membimbing pembelajaran.



[1] www.m-edukasi.web.id/2014/08/konsep-pembelajaran-terpadu.html?m=1
[2] https://isnaesturita.wordpress.com/2013/02/27/pembelajaran-terpadu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar